MAKASSAR – wartaekpres.com - Ratusan pelajar dan mahasiswa
asal Lembata yang tergabung dalam Front Mahasiswa Lembata Makassar Merakyat
(Front Mata Merah) menggelar Pentas Seni dengan Tema Menolak Pembangunan
Awolong di Wakop Ogi'e, di Jl. Abdullah Daeng Sirua, Kota Makassar.
Kegiatan ini dimulai
pada pukul 20.00 WITA, Senin (25/2/2019). Pentas Seni ini melibatkan banyak organisasi
daerah asal Lembata, diantaranya Himpunan Pelajar Mahasiswa Islam Kadang (Hipmik), Himpunan Mahasiswa Asal Ile Ape (Hipmia),
Himpunan Pelajar Mahasiswa Lembata (Hipmalta). Sebelum pentas seni dimulai,
Koordinator Aliansi Front Mata Mera dan masing-masing lembaga yang tergagabung
dalam Front Mata Mera menyampaikan sikapnya atas pembangunan Awololong.
Koordinator Front
Mata Mera, Manaf Abdul Hakim, dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa dari hasil
kajian dan diskusi panjang akhirnya Front Mata Mera mengambil keputusan menolak
pembangunan Jembatan Titian, Kolam Renang Apung dan Pusat Kuliner serta fasilitas
lainnya di Pulau Siput/Awololong, dan menyarankan kepada Pemda Lembat bersama
DPRD Kabupaten Lembata mengalihkan anggaran pembangunan di Awalolong untuk
membangun infrasturuktur dasar.
Menurutnya, pembangunan
proyek pariwisata di Pulau Siput/Awololong dengan menggunakan anggaran 7.6
miliar adalah mubazir di tengah kondisi infrastuktur dasar seperti jalan,
jembatan, air dan listrik masih banyak yang belum terjamah oleh pemerintah.
"Kami menilai Pemerintah
Daerah Lembata salah memanfaatkan anggaran negara, karena di tengah kebutuhan
masyarakat Lembata akan infrastruktur Pemda melalu Bapak Bupati Eliaser Yentji
Sunur malah membangun proyek pariwisata Awalolong yang tidak melalui proses
administrasi yang benar dan abai atas kebutuhan inrastruktur rakyat Lembata,"
tuturnya.
Sementara itu, pada
kesempatan yang lain, Abdul Basit selaku Ketua Himpunan Pelajar Mahasiswa Islam
Kedang dalam pesan solidaritasnya sebelum pentas seni berpendapat, bahwa pembangunan
di Awolong sarat akan dugaan penyalahgunaan anggaran negara, karena anggaran
telah digunakan hingga 80 persen namun realisasinya belum terlihat.
"Anggaran sudah cair 80 persen sementara fisiknya belum kelihatan, bisa
jadi penyalahgunaan anggaran," katanya.
Setelah itu, Ketua Hipmia
Lembata, Yeremias payong Rona melalui pesan solidaritasnya atas perjuangan
Front Mata Mera dalam menolak pembangunan di Awololong juga mengungkapkan
kecewanya terhadap Pemda Lembata, sebab melakukan pembangunan tanpa Amdal,
tanpa konsultasi publik dan mengenyampingkan dimensi kultural masyarakat
Lembata.
"Pembangunan di
Awalolong itu tidak ada amdal, tidak ada konsultasi publik serta telah dengan
sengaja membunuh sejarah dan budaya masyarakat Lembata yang sukunya berasal
dari Awalolong," imbuhnya.
Sementara itu,
Penggagas berdirinya Himpunan Pelajar Mahasiswa Lembata, Helmi Aji Saputra
dalam pesan solidaritasnya mengatakan, bahwa pembangunan pariwisata di Awalolong
secara sosial dapat menimbulkan potensi konflik horizontal diantara masyarakat
Lembata. "Pembangunan Awololong dapat berpotensi menciptakan huru-hara di tengah-tengah
masyarakat karena adanya pro-kontra," katanya.
Setelah pesan
solidaritas, pentas seni pun dimulai dengan pembacaan puisi kritik terhadap
pembangunan di Awololong dari beberapa perwakilan organisasi daerah asal
Lembata secara bergantian. Pentas seni ditutup oleh penampilan live musik dari
beberapa personel Lembata Hip-Hop Community (HLC) yang bernuansa kritik atas
pembangunan di Awololong pada pukul 00.00 WITA. (Tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar