BANDUNG – wartaekspres - Kisah Kiansantang berdakwah
dan Prabu Siliwangi yang enggan memeluk Islam digelar oleh Sanggar Victa di
Padepokan Seni Kreatif dan Kebudayaan (dahulu Padepokan Seni Mayang Sunda), Jl.
Peta No.209, Bandung. Acara yang dikemas dalam bentuk Sandiwara Sunda dan tari
ini disutradarai oleh Rahmat dan selaku pembina adalah Yayat RAS yang sangat
mencintai Sandiwara Sunda.
Kepada wartaekspres, Yayat RAS mengemukakan
harapannya. “Dengan digelarnya Sandiwara Sunda ini, saya ingin agar pelajar dan
generasi muda mulai mencintai lagi Sandiwara Sunda yang merupakan budaya lokal
Jawa Barat yang keberadaannya hampir punah,” ujarnya.
Adapun isi Sandiwara
Sunda Kiansantang dan Prabu Siliwangi, adalah menceritakan kisah tentang Prabu
Kian Santang yang putra Prabu Siliwangi. Dia dikenal sebagai manusia sakti. Tak
satu pun pendekar bisa mengalahkan, dan tak satu pun mahluk gaib yang berani
mengusiknya.
Ia nyaris tak punya
lawan tanding, sampai-sampai ketika ingin mengeluarkan darahnya saja, ia harus
pergi ke seluruh negeri. Tetapi tak satu pun tokoh yang mampu untuk melakukan
itu.
Diceritakan, bahwa suatu
hari ia mendapat petunjuk, yakni bika hendak mengeluarkan darah dari badannya,
harus pergi ke Tanah Arab menemui Sayyidina Ali. “Di sana, kesaktianmu akan
mendapatkan lawan setimpal,” begitu wangsit yang diterima.
Berangkatlah Kian
Santang ke Tanah Arab. Di negeri para nabi ini, dia disambut lelaki tua
bertongkat. Lelaki itu berjanji untuk mengantarkan Kian Santang ke Sayyidina
Ali. Ia meninggalkan tongkatnya, seraya menggandeng Kian Santang.
Namun baru beberapa
langkah lelaki tua itu berseru, bahwa tongkatnya ketinggalan. Ia pun dengan
tertatih-tatih berinisiatif untuk mengambilnya. Melihat ini, Kian Santang
bergegas mengambilnya. Namun yang terjadi membuat Kian Santang tersentak, tongkat
itu tak bisa diangkat. Makin diupayakan untuk diambil, bukan hanya tongkat itu
tak bergerak, malah tangannya seperti ditarik, hingga terjadi pergulatan. Kian
Santang mengerahkan kesaktiannya, maka dari tangan dan mulutnya keluar darah.
Melihat kejadian ini,
Kian Santang pun sadar. Ia menangis dan bersimpuh di depan lelaki tua yang
belum dikenalnya itu. Ia tobat dan menyatakan masuk Islam. Ia berjanji pulang,
dan akan meng-Islamkan Tanah Jawa. Siapakah lelaki tua itu? Dalam pemahaman
masyarakat setempat, dialah Sayyidina Ali.
Di Jawa, ia
mulai berdakwah, syiar
Islam sudah menjadi tekadnya. Yang pertama untuk di-Islamkan itu adalah
ayahandanya, Prabu Siliwangi. Mungkin caranya yang salah, Prabu Siliwangi tidak
menuruti kehendak anaknya. Kian Santang memaksa, dan Sang Prabu terpaksa
melarikan diri. Namun sang anak tak mau berhenti, ia terus memburunya. Dengan kesaktiannya, Prabu
Siliwangi tilem (menghilang). (M. Fauji/Edi.S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar