Sabtu, 27 Juli 2019

Sandiwara Sunda Prabu Siliwangi dan Kiansantang Digelar Sanggar Victa


BANDUNG – wartaekspres - Kisah Kiansantang berdakwah dan Prabu Siliwangi yang enggan memeluk Islam digelar oleh Sanggar Victa di Padepokan Seni Kreatif dan Kebudayaan (dahulu Padepokan Seni Mayang Sunda), Jl. Peta No.209, Bandung. Acara yang dikemas dalam bentuk Sandiwara Sunda dan tari ini disutradarai oleh Rahmat dan selaku pembina adalah Yayat RAS yang sangat mencintai Sandiwara Sunda.
Kepada wartaekspres, Yayat RAS mengemukakan harapannya. “Dengan digelarnya Sandiwara Sunda ini, saya ingin agar pelajar dan generasi muda mulai mencintai lagi Sandiwara Sunda yang merupakan budaya lokal Jawa Barat yang keberadaannya hampir punah,” ujarnya.
Adapun isi Sandiwara Sunda Kiansantang dan Prabu Siliwangi, adalah menceritakan kisah tentang Prabu Kian Santang yang putra Prabu Siliwangi. Dia dikenal sebagai manusia sakti. Tak satu pun pendekar bisa mengalahkan, dan tak satu pun mahluk gaib yang berani mengusiknya.
Ia nyaris tak punya lawan tanding, sampai-sampai ketika ingin mengeluarkan darahnya saja, ia harus pergi ke seluruh negeri. Tetapi tak satu pun tokoh yang mampu untuk melakukan itu.
Diceritakan, bahwa suatu hari ia mendapat petunjuk, yakni bika hendak mengeluarkan darah dari badannya, harus pergi ke Tanah Arab menemui Sayyidina Ali. “Di sana, kesaktianmu akan mendapatkan lawan setimpal,” begitu wangsit yang diterima.
Berangkatlah Kian Santang ke Tanah Arab. Di negeri para nabi ini, dia disambut lelaki tua bertongkat. Lelaki itu berjanji untuk mengantarkan Kian Santang ke Sayyidina Ali. Ia meninggalkan tongkatnya, seraya menggandeng Kian Santang.
Namun baru beberapa langkah lelaki tua itu berseru, bahwa tongkatnya ketinggalan. Ia pun dengan tertatih-tatih berinisiatif untuk mengambilnya. Melihat ini, Kian Santang bergegas mengambilnya. Namun yang terjadi membuat Kian Santang tersentak, tongkat itu tak bisa diangkat. Makin diupayakan untuk diambil, bukan hanya tongkat itu tak bergerak, malah tangannya seperti ditarik, hingga terjadi pergulatan. Kian Santang mengerahkan kesaktiannya, maka dari tangan dan mulutnya keluar darah.
Melihat kejadian ini, Kian Santang pun sadar. Ia menangis dan bersimpuh di depan lelaki tua yang belum dikenalnya itu. Ia tobat dan menyatakan masuk Islam. Ia berjanji pulang, dan akan meng-Islamkan Tanah Jawa. Siapakah lelaki tua itu? Dalam pemahaman masyarakat setempat, dialah Sayyidina Ali.
Di Jawa, ia mulai  berdakwah, syiar Islam sudah menjadi tekadnya. Yang pertama untuk di-Islamkan itu adalah ayahandanya, Prabu Siliwangi. Mungkin caranya yang salah, Prabu Siliwangi tidak menuruti kehendak anaknya. Kian Santang memaksa, dan Sang Prabu terpaksa melarikan diri. Namun sang anak tak mau berhenti, ia  terus memburunya. Dengan kesaktiannya, Prabu Siliwangi tilem (menghilang). (M. Fauji/Edi.S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oknum Perangkat Desa Ditangkap Satreskrim Polres Purworejo

PURWOREJO - wartaexpress.com - Man (35) warga Desa Lubang Sampang yang juga merupakan Perangkat Desa diamankan Satreskrim Polres Purworejo....