Oleh : Brigjen TNI Fulad, S.Sos, M.Si.
NEW YORK – wartaekspres.com - Penasehat Militer RI
Untuk PBB, Brigjen TNI Fulad, S.Sos, M.Si, menghadiri pertemuan Military
Staff Committee Dewan Keamanan PBB yang membahas masalah UNTSO, UNDOF,
dan UNIFIL-Lebanon beberapa saat lalu, yang berlangsung di Markas PBB New York,
USA.
Dalam pertemuan tersebut dibahas khusus tentang Misi UNIFIL, salah satu
permintaan Dewan Keamanan melalui Resolusi 2433 adalah pemberian otorisasi
kepada UNIFIL untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan dan penempatan
pasukannya sesuai perkembangan di lapangan dan memastikan, bahwa wilayah
operasinya tidak digunakan untuk kegiatan provokasi dalam bentuk apa pun
dan mencegah timbulnya konflik baru sesuai tugas yang diberikan di bawah mandat
Dewan Keamanan PBB.
Resolusi PBB 2433 disamping untuk melindungi rakyat dari konflik, juga
untuk melindungi personel, fasilitas, instalasi, dan peralatan PBB, memastikan
keamanan dan kebebasan bergerak personel PBB, pekerja kemanusiaan dan, tanpa
mengurangi tanggung jawab Pemerintah Lebanon untuk melindungi warga
sipil. Seruan dari Dewan Keamanan ini penting, terutama setelah serangan
terhadap pasukan UNIFIL pada 4 Agustus 2018 di dekat kota Majdal Zun, Lebanon
Selatan.
Dewan Keamanan PBB tidak memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana
melaksanakan mandat bila terjadi konflik yang terjadi antara kedua negara yang
terlibat pertikaian, maka pertemuan tersebut sebagai salah satu sarana untuk menyamakan
persepsi diantara anggotaMilitary Staff Committee DK PBB.
Bagi Indobatt atau Kontingen Batalyon Indonesia, untuk melaksanakan mandat
yang sedemikian rumit, menggunakan cara tersendiri yakni “Bagaimana memenangkan
hati dan pikiran penduduk lokal Lebanon”. Untuk dapat meningkatkan tugas yang
diamanatkan termasuk dalam melindungi warga sipil, penjaga perdamaian juga
harus menggunakan alat mediasi, negosiasi, dan keterlibatan masyarakat.
Tentu dalam melakukan ini, Kontingen Indonesia tunduk pada ROE, SOP, dan STIRs
(Reaksi Insiden Taktis Terstandarisasi) dalam aktivitas apa pun.
Dalam melaksanakan kegiatan pelibatan dengan masyarakat, Batalyon Indonesia
dibekali pengetahuan untuk menghindari diskusi tentang masalah politik, dan
komentar masalah keamanan. Dalam melakukan kegiatan Kontingen Indonesia selalu
berpedoman terhadap aturan PBB, disiplin, dan profesionalisme, dan selalu
bersikap ramah dan tersenyum dalam kegiatan berinteraksi dengan rakyat Lebanon.
Salah satu contoh sederhana dari Kontingen Batalion Indonesia dimana setiap
kali membawa senjata selama patroli selalu meletakkan senapan di belakang
rompi badan, kecuali dalam pertahanan diri sesuai Mandate PBB. Kontingen
Indonesia juga terlibat aktif dan berinteraksi dengan Pemimpin Lokal atau Otoritas
Lokal di tingkat Regional (Walikota Lebanon, Kepala Desa) untuk membangun rasa
saling percaya antara UNIFIL dan penduduk lokal.
Dalam pandangan kami, keterlibatan masyarakat diperlukan untuk
mengembangkan rasa aman dan kepercayaan kepada PBB di wilayah tanggung
jawab UNIFIL, termasuk untuk perlindungan terhadap Misi UN, pengumpulan
informasi, dan kesadaran situasional dan melaksanakan tugas-tugas yang
diamanatkannya, termasuk untuk melindungi warga sipil.
Pertemuan tersebut juga menyoroti tentang bagaimana membangun kekuatan
untuk memastikan perdamaian dan keamanan jangka panjang di
Lebanon. Resolusi 2433 DK PBB memberikan mandate
adanya "Dukungan internasional lebih lanjut bagi Angkatan Bersenjata
Lebanon dan semua lembaga keamanan negara, yang merupakan satu-satunya angkatan
bersenjata Lebanon yang sah, dalam menanggapi rencana pengembangan kemampuan
Angkatan Bersenjata Lebanon."
Kontingen Indonesia dalam mengamankan mandat 2433 dengan
berpartisipasi dalam beberapa pelatihan bersama, lokakarya, dan latihan
internal dengan LAF (Angkatan Bersenjata Lebanon). Tujuannya adalah untuk
memperkuat kemampuan LAF di Lebanon Selatan. Beberapa kegiatan bersama
antara Kontingen Garuda dan LAF seperti latihan menembak, Pelatihan Induksi
CIMIC (2 perempuan LAF CIMIC di Lebanon Selatan ikut serta dalam
pelatihan), Workshop Kesadaran Budaya, dan Kompetisi Olahraga.
Kontingen Batalion Indonesia juga melakukan latihan bersama LAF dengan
materi "The Urban Combat". Dalam latihan tersebut Pasukan
Perdamaian Wanita Indonesia ikut berpartisipasi dalam Patroli FAST (Asesmen
Wanita / Dukungan Analis) di Souk Al Khan dengan koordinasi erat dengan
kelompok Peacekeepers wanita dari TCC lain di UNIFIL. Patroli
FAST juga membantu memetakan kandidat perempuan potensial komunitas lokal untuk
bergabung dan berpartisipasi dalam LAF atau untuk mendukung inisiatif Angkatan
Bersenjata Lebanon.
Penmil PTRI New York, Brigjen TNI Fulad, S.Sos, M.Si, dalam pertemuan
tersebut juga menyoroti masalah Infrastucture. Salah satu rekomendasi
Laporan Cruz adalah untuk meningkatkan infrastruktur khususnya infrastruktur
jalan di daerah misi. Laporan Cruz menyarankan bahwa PBB harus mengorientasikan
semua lembaga dan pemerintah mendukung LSM untuk mendukung setidaknya 20% dari
anggaran dalam infrastruktur.
Dalam konteks di daerah operasi UNIFIL, salah satu penyebab kecelakaan yang
paling tinggi dan umum terjadi di jalan raya. Kecelakaan terjadi bukan
hanya karena kesalahan manusia, tetapi juga kondisi jalan yang rusak, jalan
sempit, dan beberapa rambu lampu lalu lintas yang tidak berfungsi. Kecelakaan
lalu lintas di jalan raya juga terjadi dan menimpa Pasukan Unifil yang
sedang melakukan patroli. Dalam hal ini, Prajurit Indobatt bergerak cepat
untuk membantu masyarakat memperbaiki infrastruktur jalan seperti memasang
lampu lalu lintas dan rambu-rambu, juga membantu meningkatkan kesadaran tentang
masalah keselamatan jalan di area operasi.
Pada bagian akhir, Penmil menyampaikan masalah Reorganisasi UNIFIL. Masalah
reorganisasi aset dan struktur UNIFIL berpengaruh terhadap pelaksanaan Misi
UNIFIL karena akan mencakup rekomendasi untuk memotong jumlah Pasukan PBB di
UNIFIL dan sumber daya yang selama ini mendukung operasionalo di UNIFIL.
Kita semua tahu bahwa masalah keuangan saat ini sedang dihadapi oleh semua
misi penjaga perdamaian PBB. Akan tetapi kita harus secara kolektif
memahami bahwa sumber daya UNIFIL yang terus menyusut, sedangkan mandatnya
tetap sama dan harapan kepada Pasukan PBB UNIFIL terus bertambah maka akan
berpengaruh terhadap pelaksanan tugas dan tangung jawab UNIFIL, sehingga harus
ada kesesuaian antara mandat dan dukungan anggaran bagi Misi UNIFIL. (New
York, 29 Maret 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar