KUBU RAYA - wartaekspres - Karhutla merupakan permasalahan yang masilh sulit ditangani hingga saat ini. Kasus karhutla masih terjadi setiap tahunnya yang menyebabkan dampak merugikan bagi banyak sektor antara lain dampak lingkungan, kesehatan dan transportasi.
Lahan gambut merupakan lahan yang sangat rentan terjadi karhutla. Aktivitas
pembukaan lahan pertanian dengan membakar lahan dapat menjadi sumber api yang
dapat merambat dan membakar lahan di sekitarnya yang sulit dikontrol karena api
dapat merambat melalui lapisan bawah permukaan gambut.
Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Kubu Raya adalah lahan gambut. Maka tidak heran jika karhutla kerap terjadi di setiap tahunnya. Menindaklanjuti hal tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjuk Desa Retok Kecamatan Kuala Mandor B sebagai desa percontohan mitigasi bencana karhutla dari 6 Desa lainnya.
Pada tanggal 22 sampai dengan 24 September 2020 lalu, BNPB bekerjasama dengan
Badan Restorasi Gambut (BRG) menggelar Sekolah Lapang (SL) Mitigasi Karhutla
bagi 20 orang petani di Desa Retok.
Dalam penyelenggaraannya, BNPB juga melibatkan BPBD dan Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Kubu Raya sebagai narasumber. Selain itu, DKPP
melalui penyuluh pertanian mendukung pengawalan rencana tindak lanjut peserta
sekolah lapang untuk menerapkan praktek pengelolaan lahan pertanian tanpa
membakar lahan.
Adapun tujuan diadakan Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla adalah sebagai
media belajar antar petani untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan gambut tanpa
bakar dalam perlindungan dan penyelamatan ekosistem gambut demi untuk
pengembangan potensi desa serta meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
Para peserta Sekolah Lapang dibekali pengetahuan pengenalan lahan gambut,
cara persiapan lahan, pembuatan pupuk organik, pemilihan komoditas yang sesuai
kondisi gambut, hingga analisis usaha tani serta menemukan solusi kelembagaan
pemasaran. Hal ini dilakukan secara partisipatif antara narasumber dan peserta
untuk menemukan cara yang sesuai dengan kondisi setempat.
Kepala Desa Retok, Sahadin, SH, mengungkapkan apresiasi yang tinggi serta
terima kasih kepada pemerintah karena telah memilih Desa Retok sebagai lokasi
pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla.
“Dengan adanya kegiatan sosialisasi, edukasi dan pelatihan pengelolaan lahan dan hutan tanpa bakar, mudah-mudahan masyarakat retok bisa teredukasi sehingga kedepannya bisa mengelola lahan gambut tanpa harus dengan cara-cara membakar,” tuturnya.
Pelaksanaan Sekolah Lapang tetap mengacu pada protokol kesehatan. Dalam
penutupan acara sekolah lapang, Direktur Mitigasi Bencana BNPB Johny Sumbung
menyampaikan urgensi pelaksaan mitigasi Karhutla di tengah pandemi Covid-19.
“Demi keselamatan kita semua, keluarga, kita harus terbiasa untuk
menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan di dalam
dan di luar rumah agar terhindar dari infeksi Covid-19,” jelasnya.
Johny juga meminta dukungan dinas terkait agar upaya mitigasi ini dapat
berjalan dengan baik. Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Kubu Raya, Gandhi Satyagraha, menanggapi hal
tersebut.
“Kami Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian siap mendukung dan mensukseskan
kegiatan mitigasi karhutla di Kabupaten Kubu Raya. Berbagai upaya yang
berkaitan pembinaan kelompok tani dan bantuan sarana produksi akan kami coba
fasilitasi. Penyuluh pertanian kami di lapangan akan membantu pendampingan dan
menjadi perantara untuk memetakan kebutuhan di lapangan. Hal ini tentu perlu
dilakukan dan dikoordinasikan bersama antar instansi untuk sinergisme mencapai
tujuan bersama yaitu zero kasus karhutla,” ujarnya.
Gandhi juga menghimbau petani di Kabupaten Kubu Raya untuk mengelola lahan pertanian tanpa membakar lahan. (Rls/danil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar