Oleh : Andi Ar Evrai
![]() |
Bandara Internasional Minangkabau |
MINANGKABAU - wartaekspres - Rasanya sudah
bertahun-tahun saya tidak menginjakkan kaki di tanah Sumatera Barat atau yang akrab dikenal dengan
sebutan Ranah Minang. Terakhir kali saya menginjakkan kaki di sini yaitu tahun
2002.
Memang agak lucu
juga, karena Ranah Minang merupakan salah satu asal usul moyang saya, bisa
dikatakan di badan saya ini mengalir deras darah keturunan orang Minang, tetapi
saya sendiri jarang mengunjungi daerah leluhur saya. Padahal berbagai daerah di
Indonesia bahkan luar negeri sudah saya kunjungi bolak-balik.
Ada yang berbeda
dengan kondisi Ranah Minang saat ini, dimana pemerintah daerahnya sangat terobsesi
untuk menjadikan kawasan ini sebagai pusat pariwisata, dimana pemasukan asli
daerah terbesar diharapkan dari sektor pariwisata seperti halnya Bali dan
Yogyakarta.
Maka bandara besar
bertaraf Internasional pun telah dibangun yaitu Bandara Internasional
Minangkabau yang menggantikan Bandara Tabiang yang kini menjadi bandara
Angkatan Udara.
Dari Bandara
Minangkabau ini diharapkan bisa menampung jutaan turis setiap bulannya. Karena
itulah berbagai fasilitas penunjang disediakan di bandara ini.
Kios dan berbagai
informasi tentang lokasi wisata di Sumatera Barat lengkap dengan rumah adatnya disediakan
di bandara, sehingga para turis yang ingin melancong ke kawasan wisata bisa
langsung mencari info di bandara.
Di bandara pun juga
disediakan fasilitas travel, taksi, bus Damri sampai kereta api bandara. Maka
dengan adanya fasilitas penunjang ini diharapkan para turis bisa menikmati
perjalanan mereka dengan baik.
Sayangnya fasilitas
penunjang yang ada ini tidak dilengkapi dengan pendidikan ke masyarakat untuk
memiliki kesadaran dalam mendukung program pariwisata ini. Masyarakat yang
mudah percaya dengan berbagai informasi yang tidak benar (hoax) membuat para
turis terganggu dengan kondisi tersebut.
Saat saya berada di Kota
Padang, mendapatkan informasi adanya sebagian masyarakat di sini yang mendemo
kedatangan wisatawan dari China karena alasan kasus virus Corona. Padahal kalau
mereka mendapatkan info yang valid tentang wabah tersebut tentu demo tersebut
tidak akan terjadi.
Kedatangan para
wisatawan dari China ini tentu ingin berlibur dan mencari ketenangan sambil
menikmati keindahan alam Ranah Minang, yang tentunya kedatangan mereka akan
mendatangkan pemasukan bagi masyarakat Ranah Minang.
Tapi kalau kedatangan
mereka didemo karena alasan tersebut, maka mereka pun akan mencari tempat lain
yang lebih nyaman untuk berlibur.
Maka kondisi ini
menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah di Sumatera Barat, untuk
memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakatnya supaya para wisatawan
dari mana pun juga bisa nyaman dan betah berlibur di Ranah Minang.
Sebagaimana Bali yang
berhasil menjadikan pariwisata sebagai pemasukan terbesar daerah, karena antara
pemerintah daerahnya sudah saling mendukung untuk menjaga kenyamanan dan
keselamatan para wisatawan yang datang ke daerah mereka.
Semoga Sumatera Barat
bisa membenahi potensi wisata yang ada, sehingga target untuk kehadiran jutaan
wisatawan ke daerah tersebut bisa terwujud. (Katomo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar