PURWOREJO - wartaekspres - Dalam situasi
perang, tidak ada yang meminta siapa pun untuk tetap di dalam rumah. Anda tetap
di dalam ruangan sebagai pilihan terbaik, tanpa ada yang meminta. Bahkan, jika
Anda memiliki ruang bawah tanah, anda bersembunyi di sana selama
peperangan berlangsung.
Selama perang, anda
tidak menuntut kebebasan, rela menukarkan kebebasan demi bertahan hidup, anda
tidak mengeluh, sabar menahan kelaparan dan berdoa agar masih hidup untuk bisa
makan lagi.
Selama perang, anda
tidak berdebat tentang membuka bisnis, bahkan menutup toko anda (jika anda
punya waktu), dan berlari untuk menyelamatkan hidup. Anda berdoa agar hidup
lebih lama dari perang, sehingga dapat kembali melakukan bisnis.
Selama perang, anda
bersyukur kepada Tuhan karena melihat matahari esok sebagai orang hidup, anda
tidak merasa perlu untuk khawatir tentang sekolah anak-anak. Anda berdoa agar
pemerintah tidak memaksa mereka sebagai tentara untuk dilatih di gedung sekolah
yang dirubah menjadi pangkalan militer.
Ketahuilah, dunia
saat ini dalam keadaan perang, tanpa senjata dan peluru. Perang tanpa tentara
manusia, tanpa batas, tanpa perjanjian gencatan senjata, tanpa medan tempur, tanpa
melihat tempat suci, dan tentara dalam
perang ini tanpa belas kasihan.
Musuh kita tak punya sisi
baik manusiawi, bersikap kejam, tidak menghormati anak-anak, wanita, atau
tempat ibadah. Tentara ini tidak tertarik pada rampasan perang, musuh kita tidak
memiliki niat untuk mengganti rezim. Tidak peduli dengan sumber daya alam di dalam
bumi, bahkan tidak tertarik pada hegemoni agama, etnis atau ideologis.
Ambisinya tidak ada
hubungannya dengan superioritas ras, tentara musuh kita ini adalah pasukan yang
tak terlihat, cepat, dan efektif tanpa ampun. Agenda satu-satunya adalah panen
kematian. Tentara itu hanya merasa puas setelah mengubah dunia menjadi satu
daerah kematian besar.
Kemampuannya untuk
mencapai tujuannya tidak diragukan, tanpa tank darat, mobil amfibi dan tanpa
pesawat, tentara musuh kita memiliki basis di hampir setiap negara di dunia.
Gerakannya tidak
diatur oleh konvensi atau protokol perang apa pun, singkatnya, tentara itu
mengikuti aturan yang ia buat sendiri. Tentara musuh kita itu adalah Corona
virus, juga dikenal sebagai Covid19.
Syukurlah, pasukan
ini masih memiliki kelemahan dan bisa dikalahkan, hanya dibutuhkan tindakan,
disiplin, dan kesabaran kita bersama. Covid-19 tidak dapat bertahan jika ada
jarak sosial dan fisik.
Tentara itu hanya
tumbuh subur dan kuat jika anda menemuinya, musuh kita itu senang jika dihadapi
secara fisik. Tentara itu akan menyerah jika kita bisa menghadapinya dengan
melakukan social distancing dan physical distancing secara bersama-sama.
Tentara itu akan
membungkuk tunduk jika kita melakukan pola kebersihan hidup pribadi yang baik. Tentara
itu akan tidak berdaya ketika anda menyadari bahwa keselamatan anda kini
sedikit banyak ada di tangan anda sendiri dengan menjaganya agar tetap bersih
dan sesering mungkin mencucinya.
Ini bukanlah saatnya
bagi kita untuk menangis tentang roti dan mentega seperti anak-anak manja. Lagi
pula, kitab suci memberi tahu kita bahwa manusia bukan hidup hanya dari roti
saja. Mari kita patuhi dan ikuti instruksi pihak berwenang. Mari kita ratakan
kurva Covid-19, ayo berlatih sabar.
Mari menjadi penjaga
saudara kita, dalam waktu singkat, kita akan bisa mendapatkan kembali
kebebasan, usaha, dan kehidupan sosial kita. Di tengah keadaan darurat, kita
perlu mempraktekkan pentingnya pelayanan dan pentingnya cinta untuk orang lain.
(Yahya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar