JAKARTA - wartaekspres - Dalam menghadapi Covid-19
seluruh elemen bangsa Indonesia sebagai sebuah negara harus mengerahkan seluruh
sumber daya yang ada. Seluruh komponen bangsa harus bersatu
karena penanganan pandemi Covid-19 ini adalah sebuah peperangan dengan corona
virus atau Covid-19 sebagai musuh bersama.
Hal tersebut
disampaikan Panglima TNI Marsekal TNI Dr. (HC). Hadi Tjahjanto, S.IP, saat
memberikan orasi ilmiah
pada acara wisuda secara daring yang
diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu (2/5/2020).
Dalam orasi
ilmiahnya, Panglima
TNI menyinggung terkait fenomena sosial yang dipandang sangat memprihatinkan, yaitu ada
segelintir masyarakat yang memperlakukan tenaga medis yang berjuang digaris
depan melawan Covid-19 dengan tidak manusiawi. Para dokter dan tenaga medis
yang telah rela berjuang mengorbankan keselamatan dirinya sendiri untuk
membantu dan melayani orang lain seharusnya memberi apresiasi. Namun ternyata
ada sebagian masyarakat yang bertindak sebaliknya.
Dalam
penanganan masalah kesehatan semacam ini sudah tentu para tenaga kesehatan
menjadi ujung tombak. Mereka berjuang sekuat tenaga tidak mengenal waktu
merawat para pasien Covid-19. Dan karena sifat virus itu, para dokter dan
tenaga medis lainnya harus bekerja dalam kondisi yang sangat tidak nyaman,
selama berjam-jam menggunakan APD.
Menurut
Panglima TNI, bahwa saat bangsa
Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan para pejuang mendapat bantuan
dan dukungan dari rakyat, namun sangat disayangkan para tenaga medis, yang saat
ini merupakan pejuang digaris depan dalam melawan Covid-19 justru mendapat
perlakuan yang sebaliknya. Fenomena ini dapat menjadi bahan penelitan sosial
bagi lembaga pendidikan.
Fakultas
yang ada di setiap perguruan tinggi di Indonesia seharusnya tertantang, untuk
membangun kemampuan negara dalam menghadapi pandemi Covid-19, ataupun tantangan
masa mendatang. Potensi yang muncul saat pandemi Covid-19 harus dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat luas dan dunia pendidikan dalam berinovasi.
Dalam
kesempatan tersebut, Panglima
TNI menjelaskan, bahwa selama
ini masyarakat meyakini
bahwa kemajuan teknologi yang menjadi pembawa disrupsi, maka kali ini Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), adalah pembawa
disrupsi global pada abad ini. Saat itulah baru tersadar ternyata sektor
industri belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Demikian
pula dengan bahan pangan, dapat mengalami kesulitan mengimpor bahan pangan
karena negara-negara eksportir itu juga berupaya mengamankan kebutuhan dalam
negerinya. Indonesia bangga dengan nenek
moyang sebagai bangsa bahari tetapi meninggalkan lautnya.
Panglima TNI mengutip
pernyataan Presiden RI Joko Widodo mengatakan, bahwa “inilah
saatnya kita berbenah dan
merapikan segala sesuatunya sehingga bangsa Indonesia dapat maju dan mandiri. Momentum
yang telah kita dapat, dengan mengerahkan dunia pendidikan bekerja sama
dengan industri, harus
bergerak maju. Kesadaran bahwa pertanian dan peternakan rakyat harus dibangun
tidak boleh hilang”.
Lembaga
pendidikan tinggi, lembaga riset dan industri, berupaya memproduksi alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk melawan Covid-19. Masyarakat luas juga membuat
masker kain untuk keperluan pemakaian sehari-hari dan sebagian masyarakat
bahkan mendonasikan produknya. Semangat adaptasi tergugah, semangat persatuan
dan kesatuan tersentuh, namun
yang lebih strategis sesungguhnya adalah kesadaran untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Peningkatan
sumber daya manusia tidak mengenal batas akhir, karena ilmu pengetahuan yang
selalu berkembang. Beberapa anak bangsa sudah menyadari pentingnya membina
generasi muda dan membangun sekolah-sekolah unggulan. Pemerintah juga
memberikan beasiswa sampai dengan program doktoral di dalam dan luar negeri.
Intinya upaya peningkatan sumber daya manusia sudah ada. Tetapi seperti
disampaikan oleh Presiden Joko Widodo salah satu prinsip dalam serangan,
momentum yang dimiliki Indonesia tidak
boleh berhenti.
Panglima TNI
berharap, agar civitas akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
kampus-kampus lainnya, dapat melahirkan generasi-generasi penerus bangsa
yang berkualitas. Perguruan tinggi harus dapat menghasilkan birokrat-birokrat
serta pelaku industri yang berkolaborasi erat dengan membawa kemajuan.
Pada acara
wisuda periode II Tahun 2020, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
menggelar wisuda secara daring atau online untuk
pertama kalinya. Dalam wisuda yang digelar secara daring tersebut diikuti
sebanyak 259 wisudawan. (Puspen TNI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar