BREBES - wartaekspres
- Sejak diluncurkan pada 2017 lalu, program Gerakan Kembali Bersekolah baru dapat mengembalikan 4.074 anak
untuk bersekolah atau baru 23,37 persen saja yang tertangani. Demikian disampaikan
Sekda Brebes, Djoko Gunawan saat mempresentasikan Program Gerakan Kembali
Bersekolah (GKB) di Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PAN RB) di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Di Kabupaten Brebes jumlah 17.429 anak tak sekolah itu
tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Brebes. Namun upaya Kepala Desa, Babinsa
dan PKBM Desa Cenang, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes ini menjadikan suatu
semangat untuk bisa mencerdaskan putra putrinya di Desa Cenang.
Di aksi Babinsa Kodim 0713 Brebes, Serka Yuli Haryo
Saputro bersama Moh. Pakhruroji Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan Desa
Cenang secara langsung akan disampaikan secara On Air di Radio Singosari Brebes
dengan mengupas tuntas problem dan solusi serta kesuksesan Program Gerakan Kembali Bersekolah, Rabu (04/03/2020).
Berawal dari permasalahan yang muncul di lingkungan
desa, banyak keluhan warga dimana banyak anak yang tidak sekolah. Dengan
dukungan penuh dari Kades ada 5 anak pertama yang terjaring dalam program
tersebut di tahun pertama 2016 sejumlah 5 orang, di 2017 sejumlah 33 anak non
formal. Tahun 2018 ada 20 anak, tahun 2019 ada 63 anak, jumlah sampai saat ini
bersekolah di formal ada 104 anak dan non formal 53 anak.
“Dari 5 anak di awal 2016 itu akhirnya terbentuk Forum
Masyarakat Peduli Pendidikan (FKPP) tingkat desa. Dengan disekolahkan di
formal. Orang tua mereka beralasan tidak melanjutkan dan menyekolahkan karena
tidak ada uang saku,” ujar Ketua FMPP.
Sikap Kepala Desa, Imam Rifa’i (48) yang purna di
bulan Pebruari 2020 ini mendapatkan dukungan dan respon dari Babinsa Koramil 17
Songgom, Kodim 0713 Brebes yang semakin kuat dan menambah semangat untuk
memajukan pendidikan. Babinsa bersama FKPP berkeliling ke warga dari pintu ke
pintu untuk mengajak putra-putrinya yang putus sekolah dengan berbagai motivasi.
“Saya berikan motivasi kepada orang tua dan anak-anak
yang tidak bersekolah untuk melanjutkan lagi karena terbenturnya orang tua yang
dikenal kolot (tua) dan kurangnya wawasan sehingga saya door to door,” papar
Serka Yuli Haryo.
“Group WhatsApp sebagai cara sosialisasi untuk
mendapatkan bantuan dari orang-orang rantau TKI/TKW putra asli Desa Cenang baik
yang ada di Jakarta bahkan di luar negeri seperti Jepang dan Korea mereka
membantu dalam pendanaan yang selanjutnya disampaikan langsung pelaporannya
secara transparan baik penerimaan dan penggunaan dana bantuan dana diantaranya
dari Dana Desa, CSR, APBD II dan Swadaya,” tambah Babinsa.
“Bekerjasama dengan beberapa sekolah untuk bisa
melanjutkan pendidikannya bagi mereka dan memiliki MoU ke sekolah tersebut di
Pondok Pesantren Yayasan Darul Farokh yang berada di Harjosari Lor dan 30
anak yang tinggal di pondok tersebut. Ada yang sekolah SMK, MA, SMP, MTs
dan SD serta ada yang kuliah 1 orang Semester 2 Politekhnik Purbaya di Talang,
Tegal,“ tutur Muhammad Pakhuroji.
Dijelaskannya, bahwa anak tak sekolah meliputi 3
kategori, yakni anak yang belum sekolah tapi sudah usia sekolah, anak lulus
tidak lanjut dan anak putus sekolah. (Utsm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar