JAKARTA – wartaekspres - Merujuk kepada salah satu maxim
dari Publius Flavius Vegetius Renatus “Qui Desederat Pacem,
Praeparet Pacem” atau “Siapa Yang Menginginkan Perdamaian Harus
Mempersiapkan Perdamaian”. Hal tersebut
menunjukkan, bahwa perdamaian adalah impian dan harapan setiap
manusia atau setiap negara, akan tetapi perdamaian tidak datang dengan
sendirinya tetapi harus dipersiapkan dengan berbagai upaya dan konferensi
internasional antara TNI dan International Committee of Red Cross (ICRC) merupakan
salah satu upaya untuk “mempersiapkan perdamaian” atau “praeparet
pacem”.
Demikian sambutan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi
Tjahjanto, S.IP, yang dibacakan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen TNI Joni
Supriyanto pada saat menutup konferensi internasional antara TNI dan ICRC
bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menyampaikan, bahwa TNI dan ICRC perwakilan Indonesia-Timor Leste, merasa bangga dan terhormat karena para peserta sekalian dari 28 negara, telah mengirim perwakilan
delegasinya untuk hadir serta mengikuti kegiatan konferensi internasional yang
bertemakan “Preparing Modern Armed Forces for Peacekeeping Operations
in the 21ˢͭ Century” .
“Dua hari kita mendengarkan paparan, saling bertukar
pengalaman dan informasi satu dengan lainnya serta menyamakan visi dan persepsi
tentang peacekeeping operation, protection of civilian and medical
personel in armed conflict dan roles of women in peacekeeping
operation serta berbagai permasalahan dan tantangan kedepan dalam
pelaksanaan peacekeeping operation,” ujar Panglima TNI.
Menurut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, situasi dan
kondisi dunia yang aman, damai dan kondusif adalah cita-cita dan harapan setiap
insan dan negara, namun kita juga harus menyadari bahwa sampai saat ini konflik
bersenjata masih terjadi di berbagai negara.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan dan kita semua
dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap upaya untuk mewujudkan
dan mempersiapkan perdamaian dunia karena kita adalah bagian dari masyarakat
internasional yangmemiliki tanggung jawab yang sama terhadap keamanan,
ketertiban dan perdamaian dunia,” ucap Marsekal
TNI Hadi Tjahjanto.
Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI mengatakan, bahwa ada beberapa hal
yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan konferensi internasional TNI dan ICRC,
antara lain, preparing modern
armed forces for peacekeeping operations in the 21ˢͭ centuty atau mempersiapkan angkatan bersenjata modern untuk operasi pemeliharaan
perdamaian PBB di abad ke 21 adalah suatu keniscayaan bagi suatu negara
dan protection of civilian in armed conflict harus menjadi
prioritas pada setiap operasi pemeliharaan perdamaian sebagaimana disebutkan
dalam resolusi kewan kemanan PBB Nomor 1674 Tahun 2006.
Selanjutnya Panglima TNI juga menyampaikan, bahwa protection of medical personel
and healthcare in armed conflict harus terus di promosikan dan
disebarluaskan dalam pelaksanaan peacekeeping operation sebagaimana diamanatkan dalam resolusi dewan keamanan PBB Nomor 2286 Tahun 2016 tentang condemning attacks on healthcare in armed
conflict dan roles of women in peacekeeping
operation harus terus ditingkatkan dimasa depan, karena di beberapa
wilayah konflik pelibatan wanita dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB sangat
efektif dalam memberikan pelayanan, perawatan, perlindungan dan pemulihan
kesehatan maupun psikhis traumati akibat kekerasan sexual atau kekejaman perang
selama konflik berlangsung.
Sementara itu di kesempatan
yang sama, Alexandre Faite selaku ICRC Head of the Regional Delegation (HORD)
untuk Indonesia dan Timor Leste menyampaikan, bahwa pelaksanaan konferensi internasional antara TNI dan ICRC
telah memunculkan ide-ide baru mengenai bagaimana menghadapi peacekeeping
operation in the 21ˢͭ Century dengan membangun Angkatan
Bersenjata yang modern. (Puspen TNI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar