PAPUA - wartaexpress.com - Yayasan AIDS Indonesia mengungkapkan angka terbaru di tiga besar provinsi yang memiliki Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) tertinggi. Menurut data organisasi nirlaba ini, Papua memiliki 23.639 ODHA, disusul Jawa Timur 21.128 lalu Jawa Tengah dengan 12.988 orang. Data terakhir kasus AIDS dalam laporan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes per 12 Agustus 2020 mencatat lima provinsi dengan kasus AIDS terbanyak.
Di antaranya, Papua 23.629, Jawa Timur 21.016, Jawa Tengah 12.565, DKI
Jakarta 10.672 dan Bali 8.548. Sedangkan untuk lima provinsi dengan kasus
HIV terbanyak ditempati DKI Jakarta 68.119, Jawa Timur 60.417, Jawa Barat
43.174, Papua 37.662, dan Jawa Tengah 36.262. Menilik hal ini, sudah
seharusnya upaya pencegahan penularan HIV/AIDS tetap terus dilakukan di tengah
pandemi Covid-19. Lantaran pandemi tak memperkecil jumlah penderita.
Penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi sebagai ‘bom waktu’ jika tidak
dilakukan langkah kongkret pencegahannya. Dari data Kemenkes tersebut, Provinsi
Papua masih menjadi provinsi yang memiliki angka penderita AIDS
tertinggi. Hal ini tentu saja membutuhkan effort khusus, apalagi dengan
karakteristik wilayah dan masyarakat Papua.
Apalagi bagian tengah Provinsi Papua merupakan daerah dataran tinggi dengan
kelompok penduduk yang secara etnis dan sosioekonomi berbeda dari penduduk di
wilayah pesisir. Adapun wilayah pesisir bagian Selatan terdiri dari kota-kota
kecil yang sulit dicapai melalui jalan darat.
“Memang perlu skil khusus dalam kampanye pencegahan dan penyuluhan tentang
HIV/AIDS ini. Upaya ini juga harus dilakukan dengan semua stakehodler terkait.
Tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri,” ujar Wakil Ketua Umum Yayasan AIDS
Indonesia Shinta W Kamdani di Jakarta, Senin (30/11/2020).
Dari kacamata Yayasan AIDS Indonesia, penyebab angka ODHA Papua masih
tinggi lantaran masih minimnya pengetahuan masyarakat akan HIV/AIDS. “Edukasi
dan akses terhadap pengobatan yang masih kurang. Ini pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan semua stakeholder di Papua,” ujar Shinta.
Ia tak menampik jika peran perilaku juga memengaruhi penyebaran
HIV/AIDS. “Edukasi harus jalan terus, jangan menunggu sampai
sakit,” ucap Shinta.
Menurut Shinta, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sedikit
terkendala di masa pandemi Covid-19. “Kami hanya bisa melakukan kampanye
melalui temu online karena tidak bisa bertatap muka langsung. Lalu di pendistribusian
ARV juga, karena semua terpusat pada penanggulangan wabah
Covid-19,” paparnya.
Pemerintah sendiri di masa pandemi Covid-19 telah mengeluarkan protokol pelaksanaan layanan HIV/AIDS. Selain itu, dilakukan juga penilaian layanan melalui survei cepat untuk mendapatkan gambaran layanan HIV/AIDS sekaligus informasi ODHA yang terinfeksi Covid-19. (Kontr/A.Rohanda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar