JAYAPURA - wartaexpress.com - Empat tokoh dari 5 wilayah adat di Papua bersama tokoh pemuda yang tergabung dalam Forum Suara Adat Papua, sepakat meminta audit menyeluruh penggunaan dana Otsus Papua. Forum pertemuan yang digagas Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Nabire, Socrates Sayori digelar di Koya Koso Kota Jayapura, Rabu (25/11/2020).
Pertemuan tersebut dihadiri Kepala Suku Besar Keerom (Wii-Kaya)
Herman Yoku, tokoh adat Saireri di Jayapura Niko Mauri, Kepala Suku Wilayah
Lapago di Tanah Tabi Yulius Kogoya, Wakil Ketua Masyarakat Adat Lapago Atinus
Wakur, Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Papua Albert A Kabiay, Wakil Ketua
Ampera Eduardo Rumatrai, tokoh Pemuda Lapago Meniron Wenda, tokoh Pemuda Lapago
Oplinus Lambe dan sejumlah tokoh lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, semua tokoh menyepakati dilakukannya audit dana
Otsus Papua yang telah dikucurkan sejak 2002 sekitar Rp.127 triliun. Herman
Yoku mengatakan, bahwa UU Otsus sudah selayaknya diterima baik oleh seluruh
lapisan masyarakat terlepas dari berbagai persoalan yang terjadi.
“Penolak itu biasa, tapi saya mau katakan tolak baru minta referendum itu
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Prosesnya panjang dan lewat
sidang-sidang dan lainnya sampai ke PBB. Tapi ini yang di depan mata, kita
harus pikir untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua,” kata
Kepala Suku Besar Keerom (Wii-Kaya) Herman Yoku.
Menurutnya, audit Otsus penting dilakukan untuk pertanggungjawaban kepada
rakyat dan menjadi bahan evaluasi pelaksanaan ke depan. “Harus diaudit
menyeluruh supaya rakyat tau di mana berhasil dan tidaknya. Selain itu menjadi
bahan rujukan perbaikan ke depan,” katanya.
Tokoh Adar Saireri di Jayapura, Niko Mauri yang juga sebagai salah satu
pelaku sejarah turunnya Otsus Papua mengungkap hal senada. Niko meminta
perjuangan pendahulu untuk turunnya Otsus hendaknya menjadi perhatian bersama.
Otsus Adalah berkat yang Tuhan berikan untuk Papua.
“Perbedaan pandangan hendaknya disingkirkan untuk kemajuan Tanah
Papua. “Otsus adalah berkat bagi Papua, untuk kemajuan dan kemakmuran
Papua. Mari kita yang hadir dan banyak tokoh di Papua ini sudah berumur.
Sehingga sepantasnya kita letakkan pondasi jembatan emas yang baik untuk
generasi muda kita. Sehingga nantinya generasi kita ini tidak bingung
melangkah, meraba-raba,” ucapnya.
Sementara, Ketua LMA Nabire, Socrates Sayori menegaskan, bahwa sebelum
Otsus dilanjutkan audit harus dilakukan. “Kita harus tegas meminta audit
Otsus. Jangan kita memelihara kesalahan-kesalahan yang besar, karena kalau kita
lakukan itu maka kita akan mati bersama,” ucapnya.
Dia mengaku sebagai tokoh adat Seireri 2 tidak pernah menolak Otsus. Meski
dana 6% untuk adat dikatakan tidak tahu keberadaannya. “Dana untuk adat
tidak jelas kemana, padahal 6 persen hak untuk adat. Namun karena ini adalah
undang-undang maka tidak bisa dihentikan, yang ada adalah dievaluasi dan
lanjutkan,” jelasnya.
Di akhir pertemuan, para tokoh adat ini membacakan pernyataan sikap yang isinya meminta pemerintah melakukan audit menyeluruh penggunaan dana Otsus di Papua serta melakukan evaluasi atas seluruh program Otsus di Papua dan maminta Otsus tetap dilanjutkan. (Kontr/A.Rohanda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar