Minggu, 29 Desember 2019

Road to “Kongres Sunda 2020” Ulas Jati Diri, Masyarakat dan Pergantian Nama Provinsi Jawa


BANDUNG - wartaekspres - Dalam rangka mengulas jati diri, masyarakat dan pergantian Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda, para tokoh Sunda dan Budayawan Sunda mengadakan Road to Kongres Sunda 2020, hari Sabtu (28/12/2019) di Hotel Horison, Jl. Pelajar Pejuang 45, No.12, Bandung.
Pada kegiatan ini hadir tokoh, politisi dari pergerakan kaum buruh, pergerakan perempuan, Angkatan Muda Siliwangi, berbagai organisasi kebudayaan.
Adapun kongres ini menurut Ketua SC Kongres Sunda, Andri Perkasa Kantaprawira telah menempuh perjalanan dengan meminta ijin kepada sesepuh Paguyuban Pasundan, Diskusi Pakar, Diskusi Sawala Jawara dan lainnya.
“Saat ini dukungan pada Kongres Sunda semakin kuat, yang artinya Kongres Sunda Tahun 2020. tinggal menunggu momentumnya, ketika situasi dan kebutuhan masyarakat menguat. Diharapkan kongres ini, akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia,” jelasnya.
Andri mengulas, bahwa kongres ini adalah hasil Diskusi Pakar, menyangkut tiga tema yakni Jati Diri Sunda. Selama ini memang telah dibahas dalam kajian Bahasa dan Budaya Sunda. Namun belum mengerucut lebih jelas lagi, sehingga para pakar berupaya merumuskannya kembali.
Jati Diri Sunda itu dapat diibaratkan seperti bangsa Jepang maju, dimana mereka memiliki semangat Bushido. Dan semangat untuk bangsa Sunda maju yakni Catur Watak Satria Sunda, yang saat ini masih sementara, karena masih dalam Diskursus.
Dikatakan, adapun Caturwatak Satria Sunda yakni orang Sunda yang maju dan kompetitif bisa menghadapi tantangan jaman. Memiliki kejujuran, yang berani atau gede wawanen, jembar manah atau fleksibel. Dalam arti memiliki hati yang luas, juga perceka yaitu wawasannya luas, profesional manajemen skillnya kuat, kemampuan komunikasinya baik.
“Nah ini adalah sifat yang diberikan kepada Ir. Djuanda yang membuat Indonesia luas dua kali lipat. Dan terproteksi antara darat dan laut melalui wawasan nusantara,” paparnya.
Untuk hal ke dua yakni mengenai Sunda, masyarakat dan negara, persoalan yang dibahas sejak awal yaitu persoalan agraria, tata ruang, lingkungan hidup, industri dan ketenagakerjaan. Karena hal itu merupakan yang paling strategis di Jawa Barat, terutama agraria, dari masalah kesenjangan kepemilikan tanah, pertanian yang tergusur dan lain-lain.
Lalu ke tiga yang paling populer, yakni mengganti nama provinsi antara Pasundan, Tatar Sunda atau Sunda untuk disosialisasikan kepada masyarakat dan kebetulan Paguyuban Pasundan sudah melakukan survei kecil-kecilan. “Dan kelihatannya warga Jawa Barat yang menginginkan pergantian nama itu lebih unggul sedikit. Kita ingin mayoritas mutlak 60 atau 70%, setuju sehingga akan terus kami perjuangkan,” tandasnya.
Sementara itu, Dewan Pembina Kongres, Mayor Jendral TNI (Purn) Tatang Zaenudin menyampaikan, bahwa usulan untuk mengganti nama Provinsi Jawa Barat, menjadi Provinsi Sunda adalah hal yang realistis dan bukan hal yang negatif. Dimana akan menjadi kebanggan bagi masyarakat Sunda. Dan diharapkan Presiden akan menyetujui hal ini, sebagai institusi yang memiliki kewenangan.
“Kami juga berharap, masyarakat Sunda harus bersatu, harus bangga dengan dirinya, jangan saling gontok. Bagaimana merekatkan antara satu dengan yang lainnya, untuk membangun masyarakat Sunda di provinsinya sendiri, dan tidak kalah dengan provinsi yang lain,” jelasnya.
Adapun akademisi sekaligus Budayawan Jawa Barat, Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini mengatakan, bahwa ia mengusulkan pergantian dengan nama Tatar Sunda dan berbicara soal Sunda, mencangkup tiga hal yakni wilayah, suku bangsa dan budaya.
Disampaikan, bahwa Dataran Sunda merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dataran Asia Tenggara, yang menjadi cikal bakal dari peradaban di alam dunia yang disampaikan oleh Stephen Oppenheimer. “Kata Sunda dalam arti wilayah sudah disebutkan sejak tahun 150 M oleh Ptolemeus yang paling awal menyebutkan bahwa ada wilayah Sunda di Timur India,” tambahnya.
Adapun mengenai suku bangsa, lanjut Prof Ganjar, melalui uji tes DNA yang dilaksanakan saat ini, menunjukan bahwa semua suku merupakan campuran perkawinan segala suku bangsa.
“Mempertimbangkan banyak hal maka kami ingin mengabadikan nama Sunda secara lebih formal yaitu nama provinsi. Dan menawarkan nama Provinsi Tatar Sunda, bisa menjadi monumen, bahwa di jagat ini ada wilayah, Suku dan Budaya yang disebut Sunda,” tandas Ganjar.
Mengubah nama provinsi menjadi Sunda, terang Prof Ganjar, bukan berarti kembali ke masa lalu, tetapi justru melihat Sunda ke depannya.
“Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi bukti nyata, bukti cinta kita terhadap Sunda. Dan apabila ada pengaruhnya terhadap kehidupan kesundaan, itu adalah bonus,” tutup Ganjar. (Pena Sukma)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oknum Perangkat Desa Ditangkap Satreskrim Polres Purworejo

PURWOREJO - wartaexpress.com - Man (35) warga Desa Lubang Sampang yang juga merupakan Perangkat Desa diamankan Satreskrim Polres Purworejo....