GARUT – wartaekspres.com - Sirine yang berbunyi
sebagai tanda pergerakan tanah meraung di SDN 4 Giriawas, Jalan PTPN VIII
Giriawas, Desa Giriawas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa
Barat. Sontak murid-murid berhamburan keluar kelas sambil memayungi kepala
mereka dengan tasnya masing-masing.
Di lapangan sekolah, sejumlah murid menjerit histeris, beberapa lainnya ada
yang masih tertinggal di dalam kelas, beberapa anak berinisiatif masuk ke dalam
kelas untuk menyelamatkan temannya. Seorang guru, Tini Hasanah, S.Pd, menyeru istighfar,
bukan teriak-teriak, ujarnya di kerumunan anak di tengah lapangan sekolah.
Murid yang berteriak keras lantas diketawain oleh teman-temannya, dan walaupun
sudah diwanti-wanti untuk serius, namun beberapa tetap bercanda dalam menjalani
simulasi bencana alam gempa bumi ini, Jumat (26/4/2019).
Kegiatan mitigasi bencana yang diprakarsai oleh relawan Bela Negara dari
Yayasan Barisan Patriot Bela Negara (YBPBN) Jakarta ini, dilakukan sebagai
upaya mengurangi risiko serta meningkatkan kewaspadaan masyarakat Giriawas
khususnya anak-anak agar minimal mampu menyelamatkan diri saat bencana terjadi.
Hal ini dipaparkan Cepi Gantina, salah seorang anggota Bela Negara (celana
loreng Bela Negara), di depan kelas sebelum sirine dibunyikan.
“Kegiatan simulasi ini sangat perlu untuk mengurangi risiko di daerah rawan
bencana, biar anak-anak lebih terampil dan waspada terhadap peristiwa gempa
minimal menyelamatkan diri pribadinya," ucapnya.
Dipaparkannya, bahwa melihat Indonesia adalah wilayah rawan gempa karena
berada di wilayah cincin api Pasifik, membuat negara ini menjadi ladang gempa
bumi. Bukan hanya itu, sabuk alpide yang melewati Indonesia juga menyumbang
potensi gempa serta posisi Indonesia juga berada tepat di tengah tumbukan
lempeng tiga benua, yaitu Pasifik di arah timur, Indo-Australia di arah selatan
serta Eurasia di utara.
“Satu faktor saja sudah cukup untuk menjadikan suatu kawasan sebagai
wilayah rawan gempa, dan kebetulan Indonesia memiliki tiga faktor sekaligus.
Ini juga dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh
tanggal 26 April,” imbuhnya.
Kegiatan ini mendapatkan respon positif dan ucapan terima kasih dari
Kusnadi, S.Pd, salah seorang pengajar mewakili Kepala Sekolah, Awang Fatimah,
S.Pd, SD. Pihak sekolah berharap, kedepan simulasi serupa bisa terpelihara
minimal tiga bulan sekali agar anak didik lebih terampil dan tanggap. (Kusnadi/Aan Brebes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar