PONTIANAK - wartaekspres - Dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama antara
Indonesia dengan Malaysia khususnya dalam bidang militer, TNI Angkatan Darat
menggelar Rapat Ke-37 Tim Perancang Operasi Darat (TPOD) Malaysia-Indonesia
(Malindo), Selasa (24/9/19).
Kegiatan tersebut akan berlangsung selama 3 hari, mulai
dari tanggal 23 sampai dengan 25 September 2019 bertempat di Hotel Aston, Jalan
Gajah Mada No. 21, Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Pontianak,
Kalimantan Barat.
Pelaksanaan Rapat Ke-37 TPOD dibuka secara resmi oleh Ketua
Delegasi Indonesia, Brigjen TNI Rifki, SE, yang diwakili oleh Pasahli Pangdam
XII/Tpr, Kolonel Czi Gumuruh diikuti oleh delegasi dari kedua negara. Tujuan
dilaksanakannya Rapat Ke-37 TPOD Malaysia-Indonesia adalah untuk menjalin serta
meningkatkan kerjasama di bidang militer, pertahanan dan keamanan dalam menjaga
perbatasan kedua negara.
Ketua Delegasi Indonesia, Brigjen TNI Rifki, SE, dalam
sambutannya yang dibacakan oleh Pasahli Pangdam XII/Tpr, Kolonel Czi Gumuruh
berharap, pelaksanaan rapat kali ini dapat berjalan dalam suasana penuh
keakraban dan persaudaraan serta menghasilkan kesepakatan terbaik dalam
pelaksanaan kerjasama operasi darat di kawasan perbatasan.
Disampaikan, bahwa pada pelaksanaan Rapat Ke-37 ini akan
dipaparkan pencapaian program kerjasama operasi di kawasan perbatasan kedua
negara, meliputi kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan, selama
kurun waktu 29 November 2018 sampai dengan 23 September 2019.
"Kita akan lakukan analisa dan evaluasi atas
pelaksanaanya. Sehingga dapat dijadikan landasan dalam merancang kerjasama
operasi berikutnya," ujarnya.
Lanjutnya diharapkan, agar TPOD dijadikan sebagai wadah
silaturahmi dan kordinasi sehingga dapat terjalin komunikasi antar anggota yang
sedang melaksanakan patroli koordinasi (Patkor) di sepanjang perbatasan darat
kedua negara.
Selain itu, agar melaksanakan kordinasi secara intensif
dengan tim perancang kompleks, sehingga dapat mengatasi kendala atau masalah
komunikasi dalam pelaksanaan Patkor serta dapat menghasilkan buku terjemahan
dan panduan percakapan bagi menangani masalah salah paham bahasa semasa
operasi.
Dihimbaunya, agar kedua negara menyegerakan penempatan
personel di Pos Gabungan Bersama yang baru hal ini untuk menghindari bangunan
menjadi rusak. Agar bekerjasama dengan TPI dalam mengawasi kepadatan di
perbatasan sempadan dari penduduk setempat dan melakukan koordinasisi secara intens
dengan pihak yang terkait mengenai pembahasan perubahan statistik.
"Hal ini dalam rangka menjaga dan mewujudkan keamanan
di wilayah perbatasan darat kedua negara," pungkasnya. (Rls/danil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar