BANDUNG - wartaeksprea - Kolonel Inf. Yusep
Sudrajat, selaku Dansektor 21 Citarum Harum, terlihat semakin bekerja keras
untuk percepatan pembenahan ekosistem di Sungai Citarum. “Saya sebagai TNI
(Satgas) dibilang malu ya malu, dalam dua minggu ini banyak warga yang laporan
ke saya tentang kotornya Sungai Cisangkuy. Saya sudah paham salah bahwa Sungai Cisangkuy
kotor disebabkan karena (anak sungai) Citalugtug ini, lokasinya 400 sampai 500
meter dari PT. Adetex dan Papyrus,” ujar Dansektor 21.
Alat berat berupa
excavator diterjunkan Satgas Citarum Harum Sektor 21 di aliran Sungai
Citalugtug, tepatnya di wilayah RW 02 dan RW 03, Desa Tarajusari, Banjaran,
Kabupaten Bandung.
Hal ini dilakukan Satgas
Citarum untuk mencari tahu penyebab fenomena aliran Sungai Citalugtug yang
berubah warna menjadi hitam di beberapa titik, sehingga menyebabkan aliran Sungai
Cisangkuy sebagai muara berimbas menjadi hitam.
Akibat dari
menghitamnya aliran Sungai Cisangkuy yang disebabkan oleh anak Sungai
Citalugtug, membuat Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat dan jajaran Subsektor
07 Cisangkuy bekerja keras untuk menemukan faktor penyebabnya.
Sungai Citalugtug
merupakan aliran sungai yang dimanfaatkan oleh 2 perusahaan sebagai media
pembuangan limbah cair PT. Adetex dan Papyrus Sakti Mills. Namun fenomena menghitamnya
aliran Sungai Citalugtug terjadi setelah berjarak beberapa ratus meter dari
outlet pembuangan limbah kedua pabrik.
Ditemui di lokasi Sungai
Citalugtug oleh wartawan, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat mengungkapkan
alasan diterjunkannya alat berat, selain untuk normaliasasi aliran Sungai
Citalugtug juga ingin memastikan apakah ada kemungkinan terdapat lubang/pipa
‘siluman’pembuangan limbah industri di aliran sungai tersebut.
Pasalnya, fenomena
perubahan warna aliran sungai menjadi hitam terjadi di sekitaran 400-500 meter
setelah lokasi pabrik.
“Selama dalam
pengawasan Satgas Citarum, PT. Adetex dan Papyrus keluar air (warna) normal,
sampai di Citalugtug ini baru berubah hitam dan bau. Sudah beberapa kali kita
lakukan pembersihan manual dan alat berat tapi tidak ketemu, hari ini kita
kerahkan lagi, kita lihat apakah ada lubang siluman atau tidak di sini,”
ungkapnya.
Ini adalah salah satu
upaya yang dilakukan Satgas untuk mencari tahu penyebab Sungai Cisangkuy
menjadi hitam. “Kalaupun tidak ada lubang siluman, sedimentasi hitam yang ada
di sini kita angkat semuanya,” tegas Dansektor 21.
Yang kedua, kata
Kolonel Yusep, saya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas LH Kabupaten Bandung
dan petugas Dinas LH sudah mengambil sampel air dari beberapa lokasi sungai dan
limbah dua pabrik, dan menurut informasi yang didapat Dansektor 21, bahwa hasilnya
sudah ada, pengambilan sampel limbah di Papyrus cod-nya 700 jauh di atas ambang
batas, kalau adetex masih masuk (baku mutu).
“Tapi yang
menyebabkan perubahan warna di sini kami belum tahu, tapi saya sekarang hanya
melihat kita bereskan dulu di sini, nanti setelah dibersihkan mudah-mudahan
bisa clear airnya atau memang ada lubang siluman di sini,” tuturnya.
Dirinya juga
mengungkapkan, bahwa menerjunkan alat berat ke lokasi pengerukan dan
normalisasi Sungai Citalugtug bukan tanpa kendala. Namun atas komunikasi dan
koordinasi yang dilakukan satgas dan dukungan perangkat dan penduduk setempat
akhirnya alat berat bisa turun ke sungai.
Sementara Ade
Wardiana, Ketua RW 03 mewakili warga mengatakan, bahwa dirinya sebagai warga
masyarakat di sini merasa beruntung, karena dalam upaya program kegiatan ini.
“Ya kami sebagai
warga merasa beruntung, apalagi kalau dalam program seperti ini, jika saya yang
mengajukan belum tentu akan terkabul,” ungkapnya.
“Dengan adanya
program Citarum Harum saya sangat berterima kasih kepada bapak TNI Satgas Citarum
Harum karena sudah mau peduli seperti ini terhadap lingkungan,” tambahnya.
Ade Wardiana juga
sedikit bercerita, bahwa dahulu Sungai Citalugtug ini bermanfaat bagi warga,
khususnya di RW 03 dan RW 02, Desa Tarajusari, berbeda dengan kondisi sungai
saat ini.
“Kalau dulu banyak
manfaatnya, bisa pake nyuci baju, air mandi, dan dipake untuk keperluan sehari-hari.
Kalau sekarang mah jangankan buat keperluan, turun (ke sungai) juga udah gatal
gatal,” ujarnya yang juga diaminkan oleh Ketua RW 2 Ade Sudrajat.
“Mudah-mudahan dengan
adanya normalisasi ini bisa ada perubahan lebih baik, walau gak mungkin bisa
balik lagi kondisinya seperti dulu, itu sudah alhamdulillah bagi masyarakat,”
harap mereka kompak. (Tim JPCH/Kana Pena
Sukma)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar