BANDUNG – wartaekspres - Hal ini disampaikan oleh Kakebangpol Prov.
Jawa Barat yang menyatakan, bahwa Provinsi Jawa Barat, mempunyai jumlah
penduduk terbanyak di Indonesia. “Beragam suku tinggal juga di Jawa Barat dan
mereka nyaman tinggal di sini sejak dahulu dan tidak pernah terjadi keributan
antar suku, hal ini menunjukan warga Jabar sangat toleran terhadap suku lain
yang tinggal, demikian juga dengan warga dari Papua yang selama ini sangat
nyaman tinggal di Jabar dengan udaranya yang sejuk,” ujarnya, Rabu (28/8/2019).
Dikatakan, bahwa dengan adanya kejadian di Malang dan Surabaya sungguh
memprihatinkan bagi kita semua dan berharap tidak terjadi lagi di masa yang
akan datang. Jawa Barat juga merupakan tempat tumbuhnya berbagai Ormas yang
diantaranya berbasis kesukuan dan tidak kurang dari 1.300 ormas tumbuh
merupakan jumlah terbanyak di Indonesia.
“Kegiatan Ormas bergerak berdampingan dan tidak pernah terjadi pertikaian
karena faktor kesukuan. Kejadian demo beberapa waktu lalu sangat disesalkan
yang diduga ditunggangi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mari kita jaga
kondusifitas di Jawa Barat dan kita hadapi bersama para provokator pemecah
kesatuan bangsa ini,” imbuhnya.
Hal ini dapat kita lihat beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 17
Agustus 2019 di Lapangan Gazibu, warga Papua mendapat kehormatan duduk bersama
dengan Gubernur Jabar, Kapolda Jabar dan Pangdam III/Slw serta para pejabat di
lingkungan Propinsi Jawa Barat merayakan HUT RI ke-74 bangsa Indonesia.
“Perayaan kali ini pun dirasa sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, warga
Bandung merasa bangga kepada masyarakat Papua di Jawa Barat yang sedang
melaksanakan pendidikan/belajar bersama merayakan hari kemerdekaan dalam
suasana ke khidmatan,” tambahnya.
Pemandangan berbeda di seputaran tempat perbelanjaan BIP hari Selasa (27/08/19).
karena adanya aksi demo masyarakat Papua. Perbedaan ini dikarenakan ulah
provokator yang telah meracuni warga Papua dengan tujuan untuk kepentingan
pribadi dan sebenarnya bukan berasal dari warga Papua.
Karena ulah provokator ini mengakibatkan kemacetan parah arus lalulintas di
seputaran Jl. Merdeka termasuk arah perkantoran Kodya Bandung, sehingga
merugikan pengguna jalan lainnya. Banyak warga yang menyesalkan terjadinya hal
ini, seperti yang disampaikan oleh Komunitas pengguna pekerja ojek online,
mereka merasa dirugikan karena banyak pemesannya berada di kawasan pusat perbelanjaan
sehingga mereka tidak bisa mendapatkan rejeki.
“Warga Jawa Barat sudah buktikan, bahwa rasisme itu tidak ada, kami semua
yang berada di Jabar mencintai warga Papua dengan sepenuh hati. Selain
dibuktikan pada sepuluh hari lalu di saat hari Kemerdekaan, menari bersama
dengan para mahasiswa dan pelajar Papua juga pada saat aksi demo di pusat
perbelanjaan Kota Bandung, tidak ada masyarakat Jawa Barat yang menolak atau
marah. Warga tetap memberikan tempat warga Papua untuk menyalurkan pendapatnya
asalkan tidak ditunggangi oleh provokator yang sengaja membuat panas suasana,”
terangnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekum MUI Kota Tasikmalaya, KH. Aminudin
Busthomi, M.Ag, yang memiliki santri ratusan, juga tidak mempermasalahkan aksi
demo warga Papua. “Karena kami sadar, bahwa banyak satri yang berasal dari Papua
juga yang belajar agama Islam di beberapa pesatren di Priangan Timur yang
selama ini mereka nyaman saja, tidak ada rasisme dalam Islam,” tuturnya.
“Dalam Islam, bahwa santri menganggap provokator itu anti kemapanan, semoga
saya tidak salah. Kami berharap di Jawa Barat tetap damai dan juga untuk
provokator untuk tidak melanjutkan/ mengulangi kembali perbuatannya. Dan yang
paling penting santri tidak mencari provokator tetapi harus ada penanganan yang
serius dan sungguh-sungguh sampai tuntas dari pihak berwajib guna mengetahui
siapa dalang di balik aksi demo tersebut,” harapnya. (Rls/danil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar