TENGGARONG – wartaekspres - Berkenaan dengan hal
ini Kesultanan Kutai mengalami kesuraman awal silsilah mengenai siapa Aji Batara
Agung Dewa Sakti, Pendiri Kesultanan Kutai Kartanegara?
1. Menurut Legenda
Mitiologi Kutai, tokoh Aji Batara Dewa Sakti adalah anak dewa yang diturunkan dari
Kayangan (Jangkat) dengan Kelangkang Besi yang menimbulkan 1001 pertanyaan besar
membuat keraguan pakar sejarah atas hal tersebut, mungkinkah Raja dilahirkan langit?.
2. Menurut Tambo
Silsilah Kutai, bahwa rajanya bernama Raden Kusuma, adalah anak Raden Arya
Banga, yang kemudian bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti keturunan Raja
Singasari, yang memang diketahui Raja Singasari terakhir bernama Kartanegara.
3. Menurut Fred Wettik,
menulis dalam Buku Warisan Aji Batara Agung Dewa Sakti yang adalah Raden Kusuma
saudara tiri Raden Wijaya anak Dyah Lembuntal.
4. Terdapat dalam
Silsilah Kesultanan Kutai Kartanegara yang menyebut, bahwa Raden Kusuma atau
Aji Batara Agung Dewa Sakti adalah anak Raden Arya Banga keturunan dari Medang
Kemulan bernama Aji Saka (Aki Tirem) adalah Ki Luhur Mulya yang hidup di abad pertama
Masehi sebagai Kepala Desa Teluk Lada Pandeglang, di Ujung Kulon dan menantunya
adalah Raja Salakanegara pertama tahun 129 M. Sangat tidak masuk akal, karena hal
tersebut berlaku sebelum kelahiran Raja Mulawarman.
5. Yang menyolok perlu
diluruskan adalah ketika Raja Kutai dari Muara Kaman, Maharaja Indra Mulia bersama
Maharaja Sultan dari Kutai Kartanegara datang berkunjung ke Majapahit dikatakan
Majapahit sedang mengalami perang melawann Siung Wanara yang digambarkan sebagai
Raja Raksasa yang bengis, karena dilahirkan seorang selir ingin menjadi Raja lalu
Siung Wanara dibunuh Maharaja Sakti dan Maharaja Sultan dari Kutai Kartanegara.
Hal ini terjadi dipemerintahan Brawidjaya ke-3 Majapahit yaitu Raja Hayam Huruk
dan Patih Gajah Mada. Sangat tidak logis kalau dilihat dalam pemerintahan Hayam
Huruk gelar Sri Rajasanegara (Raja Majapahit IV), yang memeritah dari tahun
1350-1389 M. Catatan ini tercantum dalam Buku Silsilah Kutai terbitan Pemda
Kutai tahun 1980.
Mari kita bahas tentang
Raden Arya Banga, dalam naskah kuno dari Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong Garut mengenai
tokoh yang membuat perjanjian pada tahun 739 M di Istana Kerajaan Galuh sebagai
tokoh penegah pertemuan tersebut adalah Demunawan berusia 93 tahun yang menyaksikan
perjanjian bahwa yang akan menjadi :
I.Raja Sunda
(739-766) adalah Raden Arya Banga dengan gelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji
Mulya dan permaisurinya adalah Ratu Kencanasari Cicit Demunawan.
II. Raja Galuh adalah
Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana dan permaisurinya Ratu Kancanawang cicit
Demunawan, dan mengenai Raden Manarah dikenal dengan nama Prabu Suratama atau
Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana, memerintah Galuh (739-783). Beliau turun
tahta dan menjadi pertapa dengan melakukan Manurajasuniya sampai wafat di usia
80 tahun, adalah tokoh Siung Wanara yang menjadi Raja Galuh.
Catatan : Tertuang dalam
Carita Waruga Guru ditulis abad ke-18 M, mengenai tokoh Raden Arya Banga ini selalu
menjadi konflik dalam silsilah Raja-raja Pakuan yang selalu dimulai dengan tokoh
Raden Arya Banga, adalah pendiri Majapahit padahal peristiwa itu 527 tahun setelah
kematianya.
Mengenai Raden Arya
Bangah, menurut persi Madura diawali Legenda Kuno Madura, menurut cerita jaman kuno
(± abad pertama Masehi), yang ditulis di atas daun lontar. Pada suatu saat
Kerajaan Mendangkawulan kedatangan musuh dari Negeri Cina. Di dalam peperangan tersebut
Mendangkawulan berkali-kali menderita kekalahan, sehingga kedatangan seorang yang
sangat tua dan berkata, bahwa di Pulau Madu Oro (Madura) bertempat tinggal anak
muda bernama Raden Segoro (Segoro = Laut).
Raja dianjurkan minta
bantuan kepada Raden Segoro jika dalam peperangan ingin menang. Raden Segoro berangkat
dengan membawa senjata Si Nengolo dan berperanglah untuk mengusir tentara Cina.
Tentara musuh banyak yang tewas dan Kerajaan Mendangkawulan menang dalam peperangan.
Dari situlah munculnya
tokoh bernama Raden Arya Wiraja yang memiliki saudara bernama Raden Arya Banga
(Bangah). Raden Arya Wiraja mendirikan Majapahit bersama dengan Raden Wijaya, setelah
menghancurkan tentara Cina/Tartar serta mengusirnya dari Tanah Jawa.
Dalam usia 35 tahun, karier
Arya Wiraraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari kemudian dipromosikan
oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan
oleh Raden Wijaya menjadi Rakyan Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di
Lumajang.
Setelah Raden Arya
Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran.
Kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Raden Arya Banga dan Keratonnya pindah dari
Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga. Selanjutnya diganti oleh anaknya,
yang bernama Raden Arya Danurwendo, yang Keratonnya pindah ke Desa Tanjung. Dan
selanjutnya diganti oleh anaknya yang bernama Raden Arya Asparati. Diganti pula
oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari. Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada
anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran
Bukabu yang kemudian menggantikan ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu
(Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran
Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-Guluk).
Selanjutnya Pangeran
Jokotole (Pangeran Secodiningrat III) menjadi Raja Sumenep yang ke-13 selama 45
tahun (1415-1460). Jokotole dan adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu
Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari Perkimpoian Bathin
(melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke-12).
Karena hasil dari
Perkimpoian Bathin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya, dan akhirnya, seolah-olah
terkesan sebagai kehamilan di luar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang
tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang
aneh dan di luar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi
Ra Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan ditemukan oleh
Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya. (KKM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar