Rabu, 28 Agustus 2019

Silsilah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martapura (Bag.I)


TENGGARONG – wartaekspres - Catatan : Pembuktian Kesultanan Kutai Kartanegara bukan kerajaan karena tidak memiliki kedaulatan, selalu di bawah kekuasan Kerajaan Majapahit, sejak tahun 1300-1460 di bawah Kesultanan Banjar sejak tahun 1460-1732 di bawah kekuasan Hindia Belanda 1732-1960 hingga menjadi wilayah Indonesia diambil dari kajian ilmiah pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Nasional di Jakarta tahun 1997: Oleh A. Iansyahrechza. F. penerima penghagaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Catatan : Raden Kusuma gelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dari Kerajaan Singasari, Jawa Timur, catatan Fred Wettik di dalam bukunya berjudul Warisan Abadi Aji Batara Agung Dewa Sakti tentang Ken Dedes diperisteri Ken Arok melahirkan Mahesa Wonga Teleng, yang melahirkan Mahisa Cempaka alias Nara Singhamurti gelar Raja Anggabaya yang melahirkan Diah Lembuntal yang mempunyai dua orang isteri yakni :
1.Isteri pertamanya Diah Lembuntal melahirkan Raden Widjaya adalah Raja pertama Kerajaan Wilwatitha (Majapahit) bergelar Kartarajasa Jaya Wardana (1293-1309) dan memperisteri 4 orang anak Kartanegara (Raja Singasari) dan seorang isterinya bernama Dara Petak putri Raja Melayu yang melahirkan Kalagemet gelar Jayanegara (Raja Majapahit ).
2.Isteri kedua Diah Lembuntal melahirkan Raden Kusuma yang menjadi Batara di Tanjung Kute dan akhirnya menjadi Batara pertama di Kebataraan Kartanegara (Kaltim), kawin dengan anak Adipati Indu Anjat yang dipelihara oleh petinggi Hulu Dusun kemudian Raden Kusuma bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Perkawinan Politik Keluarga Raja-Raja Kutai Martapura Kalimantan Timur dan Singasari Jawa Timur Awal Berdirinya Kesultanan Kutai Kartanegara
Bagaiman cerita mistik, tentang Aji Putri Karang Melenu, yang dituranggakan sebagai putri yang lahir dari buih air Sungai Mahakam dan Aji Batara Agung Dewa Sakti Dituranggakan adalah anak yang lahir turun dari Khayangan negeri para Dewata, sangat menarik untuk kita ketengahkan secara ilmiah, agar kita mengetahui hal sebenarnya terjadi di jaman itu, mengenai agama yang dianut oleh Raja Singasari bernama Kartanegara adalah Agama Budha Mahayana.
Timbulya mistis batin ini bermula dari peperangan Cina Tar-Tar yang menggunakan perahu kapal-kapal berlambangkan Naga dan peperangan ini bergolak di Jawa, akhirnya merambat ke Kalimantan. Dikarenakan rombongan pelarian Kerajaan Singasari yang kalah perang dengan Raja Jayaketuwang Kerajaan Kediri membangun pangkalan militer berada di Tanjung Kute (Muara Sungai Mahakam) atas ijin dari Kerajaan Banjar yang pada saat itu merupakan Kerajaan Pasal Kerajaan Singasari.
Terjadinya peperangan di Teluk Tanjung Riwana (Kutai Lama), bergolaklah peperangan yang berkecamuk di Sungai Mahakam antara Kapal-kapal Naga Cina (Tar-Tar) dan pasukan Batara Singasari, keluar sebagai pemenangnya adalah dari pasukan Batara Singosari.
Kapal-kapal Naga Cina ditenggelamkan yang akhirnya dikenang oleh masyarakat Kartanegara keturunan Singasari dengan ditandainya Mengulur Naga di Sungai Mahakam di Teluk Tanjung Riwana di Kutai Laman sampai sekarang dikenang dalam acara Erau Pelas Benua. Adapun sisa-sisa dari pasukan Tentara Cinta Tar-Tar yang masih menetap di daerah Jahitan Layar dikenal dengan Dayak Basap. Karena Batara itu dari luar daerah, maka di-Turanggakan sebagai anak dewa dari kayangan yang berkalang Besi. Artinya menjunjung senjata keris sebagai senjata para ksatria dan akhirnya Batara Singasari itu dinamai Aji Batara Agung Dewa Sakti yang sebenarnya bernama Raden Kusuman.
Tentang Aji Putri Karang Melenu, yang di-Turanggakan sebagai putri yang lahir dari Buih Air Sungai Mahakam yang diakibatkan pergolakan perang yang dahsyat tersebut munculah Yogini Mistis Batin istri Batara Kute Ing Kartanegara adalah putri asli pribumi yang dimuliakan menurut Ritus Tantrayana bahwa putri dijunjung di atas seekor lembu.
Putri ini kelak dimuliakan dalam agama yang dianutnya yakni Hindu Siwa agama para Raja Kutai keturunan Mulawarman yang beribukota di Martapura. Bahwa Lembu adalah lambang binatang tunggangan Dewa Batara Guru, yang dianggap suci oleh orang Hindu Siwa. Di tangan putri tergenggam sebutir telur yang melambangkan bahwa di tangan putri inilah nantinya akan lahir para raja-raja, karena Sang Putri adalah bangsawan Putri Pribumi sebagai cikal bakal Ibusuri.
Putri berada di dalam Gong yang dilambangkan Gong adalah alat wahana untuk memberitahukan kepada khalayak ramai tentang sesuatu hal penting, dan akhirya dijadikan Mistis Batin munculnya Lembu Swana sebagai lambang Batara Singasari keturunan Raja Kartanegara.(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oknum Perangkat Desa Ditangkap Satreskrim Polres Purworejo

PURWOREJO - wartaexpress.com - Man (35) warga Desa Lubang Sampang yang juga merupakan Perangkat Desa diamankan Satreskrim Polres Purworejo....