TENGGARONG – wartaekspres - Catatan : Pembuktian
Kesultanan Kutai Kartanegara bukan kerajaan karena tidak memiliki kedaulatan, selalu
di bawah kekuasan Kerajaan Majapahit, sejak tahun 1300-1460 di bawah Kesultanan
Banjar sejak tahun 1460-1732 di bawah kekuasan Hindia Belanda 1732-1960 hingga menjadi
wilayah Indonesia diambil dari kajian ilmiah pada Lomba Penelitian Ilmiah
Remaja Tingkat Nasional di Jakarta tahun 1997: Oleh A. Iansyahrechza. F. penerima
penghagaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Catatan : Raden
Kusuma gelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dari Kerajaan Singasari, Jawa Timur, catatan
Fred Wettik di dalam bukunya berjudul Warisan Abadi Aji Batara Agung Dewa Sakti
tentang Ken Dedes diperisteri Ken Arok melahirkan Mahesa Wonga Teleng, yang melahirkan
Mahisa Cempaka alias Nara Singhamurti gelar Raja Anggabaya yang melahirkan Diah
Lembuntal yang mempunyai dua orang isteri yakni :
1.Isteri pertamanya
Diah Lembuntal melahirkan Raden Widjaya adalah Raja pertama Kerajaan Wilwatitha
(Majapahit) bergelar Kartarajasa Jaya Wardana (1293-1309) dan memperisteri 4 orang
anak Kartanegara (Raja Singasari) dan seorang isterinya bernama Dara Petak putri
Raja Melayu yang melahirkan Kalagemet gelar Jayanegara (Raja Majapahit ).
2.Isteri kedua Diah
Lembuntal melahirkan Raden Kusuma yang menjadi Batara di Tanjung Kute dan akhirnya
menjadi Batara pertama di Kebataraan Kartanegara (Kaltim), kawin dengan anak
Adipati Indu Anjat yang dipelihara oleh petinggi Hulu Dusun kemudian Raden
Kusuma bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Perkawinan Politik Keluarga Raja-Raja Kutai Martapura
Kalimantan Timur dan Singasari Jawa Timur Awal Berdirinya Kesultanan Kutai
Kartanegara
Bagaiman cerita mistik,
tentang Aji Putri Karang Melenu, yang dituranggakan sebagai putri yang lahir dari
buih air Sungai Mahakam dan Aji Batara Agung Dewa Sakti Dituranggakan adalah anak
yang lahir turun dari Khayangan negeri para Dewata, sangat menarik untuk kita ketengahkan
secara ilmiah, agar kita mengetahui hal sebenarnya terjadi di jaman itu, mengenai
agama yang dianut oleh Raja Singasari bernama Kartanegara adalah Agama Budha
Mahayana.
Timbulya mistis batin
ini bermula dari peperangan Cina Tar-Tar yang menggunakan perahu kapal-kapal berlambangkan
Naga dan peperangan ini bergolak di Jawa, akhirnya merambat ke Kalimantan.
Dikarenakan rombongan pelarian Kerajaan Singasari yang kalah perang dengan Raja
Jayaketuwang Kerajaan Kediri membangun pangkalan militer berada di Tanjung Kute
(Muara Sungai Mahakam) atas ijin dari Kerajaan Banjar yang pada saat itu merupakan
Kerajaan Pasal Kerajaan Singasari.
Terjadinya peperangan
di Teluk Tanjung Riwana (Kutai Lama), bergolaklah peperangan yang berkecamuk di
Sungai Mahakam antara Kapal-kapal Naga Cina (Tar-Tar) dan pasukan Batara
Singasari, keluar sebagai pemenangnya adalah dari pasukan Batara Singosari.
Kapal-kapal Naga Cina
ditenggelamkan yang akhirnya dikenang oleh masyarakat Kartanegara keturunan
Singasari dengan ditandainya Mengulur Naga di Sungai Mahakam di Teluk Tanjung
Riwana di Kutai Laman sampai sekarang dikenang dalam acara Erau Pelas Benua.
Adapun sisa-sisa dari pasukan Tentara Cinta Tar-Tar yang masih menetap di daerah
Jahitan Layar dikenal dengan Dayak Basap. Karena Batara itu dari luar daerah, maka
di-Turanggakan sebagai anak dewa dari kayangan yang berkalang Besi. Artinya menjunjung
senjata keris sebagai senjata para ksatria dan akhirnya Batara Singasari itu dinamai
Aji Batara Agung Dewa Sakti yang sebenarnya bernama Raden Kusuman.
Tentang Aji Putri
Karang Melenu, yang di-Turanggakan sebagai putri yang lahir dari Buih Air
Sungai Mahakam yang diakibatkan pergolakan perang yang dahsyat tersebut munculah
Yogini Mistis Batin istri Batara Kute Ing Kartanegara adalah putri asli pribumi
yang dimuliakan menurut Ritus Tantrayana bahwa putri dijunjung di atas seekor lembu.
Putri ini kelak dimuliakan
dalam agama yang dianutnya yakni Hindu Siwa agama para Raja Kutai keturunan
Mulawarman yang beribukota di Martapura. Bahwa Lembu adalah lambang binatang tunggangan
Dewa Batara Guru, yang dianggap suci oleh orang Hindu Siwa. Di tangan putri tergenggam
sebutir telur yang melambangkan bahwa di tangan putri inilah nantinya akan lahir
para raja-raja, karena Sang Putri adalah bangsawan Putri Pribumi sebagai cikal bakal
Ibusuri.
Putri berada di dalam
Gong yang dilambangkan Gong adalah alat wahana untuk memberitahukan kepada khalayak
ramai tentang sesuatu hal penting, dan akhirya dijadikan Mistis Batin munculnya
Lembu Swana sebagai lambang Batara Singasari keturunan Raja Kartanegara.(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar