Dedi Mulyadi |
JAKARTA - wartaekspres - Saya senang dengan
yang dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi setelah selesai dilantik menjadi anggota
DPR RI. Terlalu dini memang kalau berbicara kontribusi, mengingat beliau baru
beberapa hari saja dilantik. Tetapi ia tetap pada jati dirinya, jati diri
masyarakat Nusantara.
Iket Makuta Wangsa
tak pernah ia lepaskan. Iket yang menjadi identitas masyarakat Sunda dan juga
masyarakat Nusantara.
Mengingat setiap
daerah di Nusantara memiliki Iket dengan corak dan model yang berbeda. Maka Iket
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Nusantara.
Secara historis, Iket
Mahkuta Wangsa dulunya digunakan oleh pembesar-pembesar kerajaan pada jaman dahulu
yang sangat rendah hati.
Nilai-nilai filosofis
pun sangat kuat dalam Iket Mahkuta Wangsa. Karena memiliki makna secara
tersirat yang adiluhung.
Pola Iket Makuta Wangsa
menghasilkan akhir pola ikatan ke atas dan ke bawah. Yang bermakna panceg ka luhur, tapi ulah pohang
(melihat ke atas maksudnya pada Sang Pencipta, dan tidak sombong).
Digambarkan tahapan Iket
Makuta Wangsa, pada tahap pertama disebut Opat Ka Lima Pancer, dapat juga
diartikan diri menyatu dengan unsur-unsur utama alam, angin, air, tanah dan api.
Kemudian segi empat
tersebut dilipat menjadi bentuk segitiga yang merupakan refleksi Diri, Bumi dan
Negeri.
Refleksi ini dikenal
dengan sebutan Tritangtu dalam falsafah Sunda. Kemudian lakukan lipatan
sebanyak lima kali, disebut sebagai Pancaniti. Selain itu, Iket ini memiliki
makna pengamalan Panca Dharma, yang berarti lima awal kehidupan.
Kelima Panca Dharma
tersebut, yakni menyadari dan menghormat kepada asal usul diri, Tunduk akan
hukum dan tata tertib/aturan. Dilarang bodoh karena wajib menuntut ilmu
setinggi mungkin.
Selanjutnya
mengagungkan Sang Pencipta, Tuhan. Dan yang terakhir berbakti kepada Bangsa dan
Negara.
Kelima Panca Darma
tersebut harus menyatu dengan setiap manusianya, agar ia tidak terserabut akar
kebudayaannya.
Sebagai masyarakat
Nusantara yang memiliki peradaban besar, sudah sepatutnya kita kembali kepada
identitas kita. Identitas masyarakat Nusantara yang kaya raya. (Aming Sudrajat/Kana Pena Sukma)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar