BANDUNG - wartaekspres - Polemik RUU HIP
telah menyadarkan kita bahwa ada suatu hal yang belum selesai dituntaskan dalam
proses berbangsa dan bernegara, sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945. Polemik ini mengantarkan kita pada pentingnya merevitalisasi tujuan
bernegara yang sudah disepakati bersama dan tidak pernah diperdebatkan. Tujuan
inilah yang memandu rakyat dalam mengelola negara Republik Indonesia hari ini
dan di masa depan. Namun terkait pelaksanaannya, masih perlu untuk
direvitalisasi.
Untuk kepentingan
itu, kami dari Panitia Kongres Sunda 2020, bekerjasama dengan Harian Pikiran
Rakyat, memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengikuti Sawalamaya yang akan diselenggarakan
pada hari Kamis, tanggal 16 Juli 2020, jam 14.00-17.00 WIB, bertempat di kediaman
masing-masing, dengan tema Mendorong Masyarakat Sunda Menatap Jauh ke Depan
(Ngajurung Urang Sunda ka Jauhna) dalam Menghadapi “Perang Modern”.
Adapun kerangka acuan
kegiatan, Sawalamaya Pra Kongres Sunda Revitalisasi Pelaksanaan Tujuan Bernegara.
Sementara Dasar
Pemikiran, adalah Polemik Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila
telah menyadarkan kita kembali bahwa ada suatu hal yang belum selesai
dituntaskan dalam proses berbangsa dan bernegara, sejak Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Polemik ini mengantarkan kita pada pentingnya
merevitalisasi tujuan bernegara yang sudah disepakati bersama dan tidak pernah diperdebatkan.
Tujuan inilah yang harus memandu rakyat Indonesia dalam mengelola negara Republik
Indonesia.
Sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
itu adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Penyelenggara Kongres
Sunda yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat Jawa Barat, memandang
penting suatu revitalisasi dari tujuan bernegara ini. Revitalisasi inilah yang
ingin dijadikan landasan bagi pelaksanaan Kongres Sunda yang ingin mewujudkan
Sunda Mulia Nusantara Jaya.
Dalam catatan sejarah
Republik Indonesa, masyarakat Tatar Sunda yang berposisi geografik sebagai
penyangga Ibu Kota Negara, selalu terlibat aktif dalam merebut, mempertahankan
dan mengisi kemerdekaan. Masyarakat Tatar Sunda juga selalu menjadi kepanjangan
tangan pertama dari hampir setiap perubahan kebijakan penting yang ditetapkan
penyelenggara negara di Jakarta.
Dengan demikian,
ke-Indonesia-an masyarakat Tatar Sunda, tidaklah perlu diragukan lagi. Melindungi
segenap bangsa Indonesia, terkandung di dalamnya adalah melindungi kekayaan budaya
dan adat istiadat. Juga terbukanya asipirasi budaya yang dinamis, misalnya
keinginan mengganti atau mengembalikan nama provinsi Jawa Barat menjadi
Provinsi Tatar Sunda, sebagai tuntutan kekinian dalam kerangka ikut aktif
mewujudkan tujuan bernegara itu, yakni tujuan memajukan kesejahteraan umum.
Perubahan ini seperti
pergantian nama dan logo sebuah perusahaan yang ingin bersaing di tengah pasar
global yang semakin keras. Identitas yang kuat, saat ini semakin penting
sebagai pembeda sekaligus modal dasar dalam memenangi persaingan tersebut.
Keinginan untuk
melindungi tanah kelahiran (sarakan) dari investasi yang tidak memperhitungkan
keseimbangan alam dan lingkungan, perlu dilihat sebagi upaya melindungi tumpah
darah Indonesia, bukan menolak pembangunan dari pusat. Tanpa adanya tata ruang
yang seimbang, maka pembangunan yang dilakukan hanya akan merusak alam dan
lingkungan. Begitu pula aspirasi untuk mengembangkan potensi-potensi lokal di
berbagai bidang, harus dipandang sebagai pengejawantahan dari tujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Satu hal yang perlu
disadari bersama, kembali mencuatnya “pertarungan ideologi” ini, yang sebenarnya
sudah selesai dengan diterimanya Pancasila sebagai Dasar Negara, merupakan dampak dari “perang modern”. Suatu pertarungan
global yang menuntut kecermatan dan kecerdikan dalam menghadapinya.
Oleh karena itulah,
Sawalamaya ini dirasakan penting untuk mengajak semua komponen masyarakat,
khususnya di wilayah Tatar Sunda, yang terdiri dari Banten, Jawa Barat, dan DKI
Jakarta, kembali menyegarkan pemahaman bersama akan tujuan bernegara, pada Kamis,
16 Juli 2020, jam 14.00-17.00 WIB, bertempat di kediaman masing-masing. Host
dan moderator berada di Aula Redaksi Harian Pikiran Rakyat, Jalan Asia-Afrika No.
77, Kota Bandung, dengan tema Mendorong Masyarakat Sunda Menatap Jauh ke Depan
(Ngajurung Urang Sunda ka Jauhna) dalam Menghadapi “Perang Modern”.
Pengantar Webinar oleh
Dr. Yudi Latif “Sunda Mulia, Menuju Nusantara Jaya”, dengan narasumber Jenderal
TNI (Purn.) Budiman, Laksamana TNI (Purn.) Dr. Ade Supandi, M.AP, Marsekal TNI
(Purn.) Yuyu Sutisna, SE, MM, dan Komjen Pol (Purn.) Drs. Nanan Soekarna
Dengan penanggap, Prof.
Dr. H. M. Didi Turmudzi, Prof. Dr. Karim Suryadi, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Prof.
Dr. Asep Warlan Yusuf, dan moderator Noe Firman (Pemred Pikiran Rakyat)
Sementara peserta
sebanyak 300 orang peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat dari 27
kabupaten/kota di Jawa Barat, tokoh masyarakat dari 8 kabupaten/kota di
Provinsi Banten, tokoh masyarakat dari 6 kota/kabupaten di DKI Jakarta, dan akademisi,
ulama, pemuda dan lainnya. (Pena Sukma)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar