Minggu, 12 Juli 2020

Pemikir Kebangsaan dan Kenegaraan Yudi Latif Bersama Para Purnawirawan TNI-Polri Rembug Di Kongres Sunda


BANDUNG - wartaekspres - Polemik RUU HIP telah menyadarkan kita bahwa ada suatu hal yang belum selesai dituntaskan dalam proses berbangsa dan bernegara, sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Polemik ini mengantarkan kita pada pentingnya merevitalisasi tujuan bernegara yang sudah disepakati bersama dan tidak pernah diperdebatkan. Tujuan inilah yang memandu rakyat dalam mengelola negara Republik Indonesia hari ini dan di masa depan. Namun terkait pelaksanaannya, masih perlu untuk direvitalisasi.
Untuk kepentingan itu, kami dari Panitia Kongres Sunda 2020, bekerjasama dengan Harian Pikiran Rakyat, memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengikuti Sawalamaya yang akan diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 16 Juli 2020, jam 14.00-17.00 WIB, bertempat di kediaman masing-masing, dengan tema Mendorong Masyarakat Sunda Menatap Jauh ke Depan (Ngajurung Urang Sunda ka Jauhna) dalam Menghadapi “Perang Modern”.
Adapun kerangka acuan kegiatan, Sawalamaya Pra Kongres Sunda Revitalisasi Pelaksanaan Tujuan Bernegara.
Sementara Dasar Pemikiran, adalah Polemik Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila telah menyadarkan kita kembali bahwa ada suatu hal yang belum selesai dituntaskan dalam proses berbangsa dan bernegara, sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Polemik ini mengantarkan kita pada pentingnya merevitalisasi tujuan bernegara yang sudah disepakati bersama dan tidak pernah diperdebatkan. Tujuan inilah yang harus memandu rakyat Indonesia dalam mengelola negara Republik Indonesia.
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia itu adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Penyelenggara Kongres Sunda yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat Jawa Barat, memandang penting suatu revitalisasi dari tujuan bernegara ini. Revitalisasi inilah yang ingin dijadikan landasan bagi pelaksanaan Kongres Sunda yang ingin mewujudkan Sunda Mulia Nusantara Jaya.
Dalam catatan sejarah Republik Indonesa, masyarakat Tatar Sunda yang berposisi geografik sebagai penyangga Ibu Kota Negara, selalu terlibat aktif dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Masyarakat Tatar Sunda juga selalu menjadi kepanjangan tangan pertama dari hampir setiap perubahan kebijakan penting yang ditetapkan penyelenggara negara di Jakarta.
Dengan demikian, ke-Indonesia-an masyarakat Tatar Sunda, tidaklah perlu diragukan lagi. Melindungi segenap bangsa Indonesia, terkandung di dalamnya adalah melindungi kekayaan budaya dan adat istiadat. Juga terbukanya asipirasi budaya yang dinamis, misalnya keinginan mengganti atau mengembalikan nama provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, sebagai tuntutan kekinian dalam kerangka ikut aktif mewujudkan tujuan bernegara itu, yakni tujuan memajukan kesejahteraan umum.
Perubahan ini seperti pergantian nama dan logo sebuah perusahaan yang ingin bersaing di tengah pasar global yang semakin keras. Identitas yang kuat, saat ini semakin penting sebagai pembeda sekaligus modal dasar dalam memenangi persaingan tersebut.
Keinginan untuk melindungi tanah kelahiran (sarakan) dari investasi yang tidak memperhitungkan keseimbangan alam dan lingkungan, perlu dilihat sebagi upaya melindungi tumpah darah Indonesia, bukan menolak pembangunan dari pusat. Tanpa adanya tata ruang yang seimbang, maka pembangunan yang dilakukan hanya akan merusak alam dan lingkungan. Begitu pula aspirasi untuk mengembangkan potensi-potensi lokal di berbagai bidang, harus dipandang sebagai pengejawantahan dari tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Satu hal yang perlu disadari bersama, kembali mencuatnya “pertarungan ideologi” ini, yang sebenarnya sudah selesai dengan diterimanya Pancasila sebagai Dasar Negara, merupakan  dampak dari “perang modern”. Suatu pertarungan global yang menuntut kecermatan dan kecerdikan dalam menghadapinya.
Oleh karena itulah, Sawalamaya ini dirasakan penting untuk mengajak semua komponen masyarakat, khususnya di wilayah Tatar Sunda, yang terdiri dari Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, kembali menyegarkan pemahaman bersama akan tujuan bernegara, pada Kamis, 16 Juli 2020, jam 14.00-17.00 WIB, bertempat di kediaman masing-masing. Host dan moderator berada di Aula Redaksi Harian Pikiran Rakyat, Jalan Asia-Afrika No. 77, Kota Bandung, dengan tema Mendorong Masyarakat Sunda Menatap Jauh ke Depan (Ngajurung Urang Sunda ka Jauhna) dalam Menghadapi “Perang Modern”.
Pengantar Webinar oleh Dr. Yudi Latif “Sunda Mulia, Menuju Nusantara Jaya”, dengan narasumber Jenderal TNI (Purn.) Budiman, Laksamana TNI (Purn.) Dr. Ade Supandi, M.AP, Marsekal TNI (Purn.) Yuyu Sutisna, SE, MM, dan Komjen Pol (Purn.) Drs. Nanan Soekarna
Dengan penanggap, Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, Prof. Dr. Karim Suryadi, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, dan moderator Noe Firman (Pemred Pikiran Rakyat)
Sementara peserta sebanyak 300 orang peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat, tokoh masyarakat dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten, tokoh masyarakat dari 6 kota/kabupaten di DKI Jakarta, dan akademisi, ulama, pemuda dan lainnya. (Pena Sukma)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oknum Perangkat Desa Ditangkap Satreskrim Polres Purworejo

PURWOREJO - wartaexpress.com - Man (35) warga Desa Lubang Sampang yang juga merupakan Perangkat Desa diamankan Satreskrim Polres Purworejo....