GARUT - wartaekspres - Seorang sopir warga
Kabupaten Garut bernama Dede Iskandar dipolisikan, lantaran menghina guru di Facebook dengan mengatakan makan gaji
buta selama pandemi.
Alhasail ungkapan akun bernama Dede itupun membuat marah insan pendidik
sehingga berujung dipolisikannya sang sopir tersebut.
Elemen guru yang tergabung dalam beberapa organisasi meminta klarifikasi
dari yang bersangkutan. Sopir itu akhirnya menemui perwakilan guru di PGRI
Kabupaten Garut.
Dede yang diketahui berprofesi sebagai seorang sopir itu hadir pada agenda
mediasi di Kantor PGRI Garut untuk menyampaikan langsung permintaan maaf dan
mengaku khilaf atas perbuatannya.
Ketua MGMP PJOK Kabupaten Garut, mengatakan, bahwa Asep Sopian, tidak
terima atas ungkapan Dede itu.
"Padahal kami ini masih memberi pelajaran secara daring (dalam
jaringan-red) ke anak-anak. Kata siapa gaji buta, dia tidak merasakan sulitnya
bikin materi daring," kata Asep saat ditemui di Gedung PGRI Garut, Jalan
Pasundan.
Para guru, lanjutnya, semakin sakit hati dengan komentar Dede Iskandar di
kolom komentar. Bahkan ada komentar Dede yang menyebut lebih baik menjadi
penjahat ketimbang sekolah.
Ketua PGRI Garut, Mahdar Suhendar mengungkapkan, bahwa para guru merasa
terhina dengan unggahan akun Dede Iskandar tersebut. PGRI telah memediasi Dede
Iskandar dengan perwakilan guru.
Meski sudah minta maaf secara pribadi, tapi para guru tetap akan
melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum. "Dia sudah minta maaf tapi
tetap para guru mau diproses hukum," kata Mahdar, Ketua PGRI Garut.
Dalam postingan tersebut, Dede juga menyebut seharusnya guru tak diberi
gaji karena sekolah diliburkan selama pandemi Covid-19.
"Nagara ngagajih buta ieu mah
hayoh we sakola diliburkeun, kudunamah guru nage ulah digajih meh karasaeun
sarua kalaparan (negara kasih gaji buta, terus saja sekolah diliburkan,
harusnya guru juga jangan digaji supaya ikut merasakan kelaparan-red),"
tulis Dede dalam unggahannya.
Akun Dede Iskandar kini sudah tak bisa ditemukan. Namun tangkapan layar
status Dede Iskandar sudah menyebar di kalangan guru sejak pekan lalu.
Tak hanya guru dari Garut, namun perwakilan guru dari Tasikmalaya, Ciamis,
hingga Bandung juga datang ke Gedung PGRI Garut.
Ketua MKKS SMP Kabupaten Garut, Yusup Satria Gautama, mengungkapkan, bahwa peristiwa
ini seharusnya tidak terjadi di tengah para guru yang harus berjibaku lebih
keras mendidik anak selama pandemi.
Dikatakan Yusup, bahwa kita di sekolah bersama para guru terus mengajar
anak didik semaksimal mungkin. Dengan upaya daring, menyiapkan bahan ajar yang
lebih efektif melalui video dan banyak lagi. Ini demi anak-anak kita bisa terus
mendapatkan ilmu.
“Dengan adanya kasus ini, kita bisa ambil pembelajaran. Misalnya kalau
berbicara kebijaksanaan ya kita maafkan, tapi untuk pembelajaran proses hukum
harus terus berlanjut. Kita (MKKS-red) apresiasi sekali dengan banyaknya
dukungan dari PGRI, MGMP dan pihak lain yang datang ke Garut untuk penyelesaian
masalah ini," pungkas Yusup. (Koes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar