PONTIANAK - wartaexpress.com - Komandan Lantamal XII, Brigjen TNI (Mar) Andi Rukman, yang diwakili oleh Wadan Lantamal XII, Kolonel Laut (P) Suhendro, S.AP, M.Si (Han), hadir dalam acara Dialog Interaktif yang digelar oleh RRI Pontianak, bertemakan bagaimana Memaknai Hari Dharma Samudera, bersama pelaku sejarah yakni Serma (Purn) DS Mattalim, PPAL Pontianak dan Kopka (Purn) Sudarmansyah, PPAL Pontianak, Senin (17/01/2022), pukul 08.00-09.00 WIB, yang dipandu/moderator oleh Budiman Taher, Reporter RRI Pro 1 Pontianak, dilaksanakan di Ruang Pro 1 RRI Pontianak, Jl. Sudirman No.7, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Dalam dialog tersebut
Wadan Lantamal XII, menyampaikan, bahwa sampai saat ini masih banyak dari kita
yang belum tahu peristiwa yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962, yang
sampai saat ini diperingati sebagai “Hari Dharma Samudra”. Pertempuran yang
terjadi di laut Aru, merupakan peristiwa heroik yaitu pertempuran di laut
antara 3 kapal perang Angkatan Laut Republik Indonesia, yakni RI Matjan Tutul,
RI Matjan Kumbang dan RI Harimau, dengan 3 kapal perang AL Kerajaan Belanda.
Pada peristiwa tersebut
salah satu kapal perang ALRI yaitu Rl Matjan Tutul tenggelam dan mengakibatkan
gugurnya Deputy I KSAL Komodor Josaphat Soedarso beserta sekitar 25 anak buah
kapal (ABK) Rl Matjan Tutul. Peristiwa ini selanjutnya dikenang sebagai
“Pertempuran Laut Aru”.
Selain itu juga
menyampaikan, bahwa peristiwa Pertempuran Laut Aru yang terjadi 60 tahun silam
merupakan dampak dan konfrontasi Indonesia-Belanda akibat sengketa Irian Barat
atau yang kini kita kenal sebagai Provinsi Papua. Hal tersebut bermula dari
keingkaran Pemerintah Kerajaan Belanda untuk mengembalikan Irian Barat ke
pangkuan NKRI, meskipun telah disepakati dalam Perjanjian Roem-Roijen 1949 atau
dikenal dengan Konferensi Meja Bundar.
“Sehingga akhirnya
Indonesia kemudian mengumandangkan Tri Komando Rakjat atau disingkat Trikora yang isinya gagalkan
pembentukan "Negara Boneka Papua" buatan Belanda colonial. Kibarkan
Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia, dan bersiaplah untuk
mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan
Bangsa,“ tegas Wadan Lantamal XII.
Sementara itu Serma
(Purn) Mattalin dan Kopka (Purn) Sutarman Bin Atmoharsono, saat perirtiwa
Perang laut Aru, keduanya telah bertugas sebagai ABK Kapal Perang Republik
Indonesia. Serma (Purn) Mattalim, Lahir di Malang pada tanggal 12 Mei 1940,
berpangkat Kelasi Dua, sebagai ABK RI Mega Mendung, Type Kapal Gun Boat, dan
Kopka (Purn) Sutarman Bin Atmoharsono, saat itu berpangkat Kelasi satu, sebagai
ABK RI Sultan Iskandar Muda - 304 (jenis Kapal Destroyer).
Menurut keterangan Mattalim,
setelah terjadinya peristiwa perang di Laut Aru, dirinya sebagai ABK RI Mega
Mendung berada di Pangkalan Surabaya, oleh pimpinan TNI AL saat itu
memerintahkan sejumlah Kapal Perang Republik Indonesia berangkat menuju Irian
Barat.
“Adapun Kapal Perang
yang berangkat antara lain RI Mega Mendung, RI. Mega Guntur, RI. Mega Kabut, RI
Mega Mukti, RI Mega Sakti dan RI Mega Gantang, (Jenis Kapal Gun Boat). Selain
itu juga RI Batu Padas, RI Batu Karang, RI Batu Hitam, RI. Batu Pasir, RI. Batu
Granit, serta Kapal Perang Republik Indonesia bernama Ular, antara lain RI Ular
Sendok, RI. Ular Sanca, RI. Ular Cobra dan RI Ular Puspokadjang, semuanya kapal
tersebut masuk dalam Divis Kapal Meriam atau Gun Boat,“ ungkap Serma (Purn)
Mattalin.
Hadir dalam acara Dialog tersebut antara lain Wadan Lantamal XII, Kolonel Laut (P) Suhendro, S.Ap, M.Si.(Han), Aspers Danlantamal XII, Kolonel Laut (KH) Nur Legawa Handaka W, SP, Kepala Stasiun RRI Pontianak, Dra. Teguh Yuli Astuti, MM, Koordinator Pemberitaan, R. Agus Yogo Untoro, S.Sos, MM, Koordinator Lembaga Pengembangan Usaha, Murtafa, ST, Soepojo, Ketua PPAL Pontianak, Serma (Purn) DS Mattalim, PPAL Pontianak (pelaku sejarah), dan Kopka (Purn) Sudarmansyah, PPAL Pontianak (Rls/danil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar