Direktur RSDU R4, Meidi Maspaitela dan dr. Jo Mambrasar Sp.OG
RAJA AMPAT -
wartaexpress.com -
Sebagai pimpinan dan atas nama semua tenaga kesehatan, RSUD Waisai tidak terima
tuduhan Abraham Umpain, kemampuan intelegensi kita dizolimi, kata Direktur RSUD
Waisai, Raja Ampat, Meidi Lidya Maspaitela, S.Gz, MM, Sabtu (14/08/2021).
Tuduhan Abraham Dimara
Umpain yang menyatakan RSUD Waisai mengkovidkan pasien non covid untuk
mengajukan klaim penggantian biaya dari pemerintah pusat, membuat tenaga
kesehatan di RSUD Waisai meradang.
Direktur RSUD Waisai,
Meidi Maspaitela, S.Gz, MM, mengatakan, dirinya tidak bisa diam karena tenaga kesehatan
(Nakes) kita dizolimi. “Profesi tenaga medis merupakan profesi intelektual dan
humanis, kita semua bersekolah mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan gelar
dan profesi ini, tidak mudah dizolimi begitu saja,” ujar Meidi.
“Atas nama seluruh
Nakes, saya secara pribadi, dan RSUD Waisai, tidak terima tuduhan Abraham
Umpain melalui status Facebook tanggal 9 Agustus 2021 yang menuduh RSUD Waisai
mengkovidkan pasien non Covid-19 untuk memperoleh dana melalui klaim pergantian
biaya dari pemerintah pusat,” tegasnya.
Abraham Umpain tidak
saja menulis statusnya tentang klaim pergantian biaya, tetapi menghasut dengan
mengajak netizen untuk membagi statusnya sebanyak-banyaknya, bahkan dia sendiri
membagikan status tersebut ke sebuah grup media sosial Facebook nasional
Covid-19 dan WA, status tersebut juga dibagikan ke 3 grup lainnya, salah
satunya di grup Raja Ampat oleh Nino Umpain.
“Abraham menuduh RSUD
mengkovidkan pasien untuk mengklaim pergantian biaya, sama dengan RSUD mencari
dana dengan cara mengkovidkan pasien non covid, hal ini sangat tidak manusiawi
(kurang ajar-red),” kata Meidi.
Menurut Meidi, khusus
untuk ibu melahirkan, yang menjadi perhatian tenaga medis adalah
persalinan dan masa Nivas (pendarahan-red)
selama 40 hari, hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu di masa
datang, oleh karena itu, pasien Christihani Mayor mendapat perhatian penuh
karena datang kembali dengan banyak keluhan pada masa Nivas.
“Kristihani Mayor,
istri Bram Umpain masuk kedua pada tanggal 26 Juli 2021, jam 22.00 WIT, dengan
kuluhan kepala sakit, mengeluh meriang pada pagi hari, sakit perut, mulut tidak
enak dan tidak mau makan, keluar darah bergumpal,“ kata Bidan Mawar.
Dari kondisi pasien
seperti itu, dan kemudian energi serta perhatian yang besar diberikan
kepadanya, tenaga kesehatan telah melakukan kerja-kerja maksimal, apalagi telah
mematuhi dan mengikuti standar Covid-19. Kemudian suami pasien, Abraham Dimara
Umpain, keluarkan status dan berita sebanyak-banyaknya, yang kesemuanya rancu
dan tidak jelas, sangat mengecewakan karena telah menggugat profesionalisme dan
intelegensi profesi medis, terutama dokter.
Dengan menyebarkan informasi yang sangat menyesatkan pembaca, hal itu sama saja dia memberikan bacaan yang tidak bagus dan menyesatkan orang-orang. Jika tidak mengerti secara medis, datang ke RSUD, untuk bertanya dan komplain, bukan melalui media sosial, apalagi menuduh yang tidak berdasar.
Para medis, terutama
dokter, mereka bekerja 24 jam, subuh-subuh juga melayani pasien yang sakit,
sementara kebanyakan orang sedang tidur pulas terlelap, apalagi dokter
spesialis yang sedang melayani adalah putra asli Raja Ampat, anehnya, hal-hal
seperti ini tidak pernah dilihat.
Belum lagi dokter anak
yang melayani di RSUD, mereka dikontrakkan dan mengabdi untuk menolong dan
melahirkan generasi baru Raja Ampat, bahkan sampai mengurus BPJS bayi yang baru
lahir dan memberikan perawatan gratis dan prioritas untuk OAP. “Semua hal di atas
harus diperhitungkan karena pekerjaan medis ini pekerjaan kemanusiaan dengan
tingkat intelgensi yang tinggi,” tukasnya.
“Tentang status
positif, saya mendapat laporan dari tenaga medis saya, bahwa istri Abraham
Umpain, Christihani kembali ke RSUD pada tanggal 26 Juli 2021 karena berbagai
keluhan setelah melahirkan pada tanggal 25 Juli 2021, dan dilakukan Swab
sebanyak dua kali, sesuai standar prosedur, dan terbukti positif, baik pada Swab
pertama, samar-samar kemudian jelas positif, sementara Swab ke dua, langsung
menunjukkan garis dua yang artinya positif,” terangnya.
“Ada hal khusus yang
membuat kenapa saya langsung merespon dan melapor masalah ini, sebagai
perempuan Misool (bapa dari Linmalas, mama dari Seget), saya baru diangkat
sebagai Direktur RSUD untuk membenahi seluruh sistem guna meningkatkan
pelayanan RSUD, kemudian, dr. Johanis Mambrasar, Sp.OG, merupakan putra asli
Raja Ampat dari Kampung Kapisawar, kini menjadi dokter spesialis kandungan dan Kepala
Laboratorium,” tambah Meidi.
“Ketika sedang
bereuforia, saya baru mau memberitahukan ke publik bahwa kini anak-anak Raja
Ampat mulai muncul dari profesi kesehatan untuk memajukkan negeri sendiri,
sebaliknya muncul hal-hal seperti ini. Saya selalu terbuka untuk menerima
kritikan, ruang direktur selalu terbuka, namun jika dengan cara-cara seperti
ini, kita wajib laporkan Abraham Dimara Umpain ke Polisi,” kata Meidi.
Direktur RSUD, Meydi
Maspaitela, didampingi dokter spesialis kandungan, dr. Jo Mambrasar Sp.OG, dr.
Laura Christanty MSc. Sp.A, spesialis anak, dr. Dessy Ariani, Sp,PD, spesialis
penyakit dalam, ditambah dua orang bidan, Usna dan Mawar, mereka melaporkan
status Facebook Abraham Dimara Umpain di SPKT Polres Raja Ampat, dan langsung
diperiksa secara marathon di Sat Reksrim.
SPKT Polres Raja Ampat,
menerima laporan para medis dan membuat Laporan Polisi :
LP/B/64/Agu/SPKT/2021/POLRES RAJA AMPAT/POLDA PAPUA BARAT, tentang Pencemaran
Nama Baik Melalui Media Sosial dan diduga melanggar Pasal 27 ayat (3) UU Nomor
11 Tahun 2013 Tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE).
“Saya membawa masalah ini ke kepolisian agar ucapan Abraham Dimara Umpain dapat dipertanggungjawabkan dan dibuktikan, mari kita buktikan sama-sama melalui jalur hukum yang tersedia di Kabupaten Raja Ampat dan dipertanggungjawabkan di Pengadilan,“ tutup Meidi. (Jos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar