CIAMIS - wartaexpress - Sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Jawa Barat, Wakil Bupati Ciamis, Yana D. Putra, mengikuti Rapat Koordinasi bersama Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi secara virtual di ruang ULP Sekretariat Daerah, Selasa (24/08/2021).
Turut hadir dalam Rakor
tersebut, Asisten Daerah 1, Kepala Bappeda, Kepala Disdukcapil, Kepala DPMD
serta para kepala SKPD terkait lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Bappeda Jawa Barat, Ferry Sofwan Arif, menyampaikan, bahwa pada bulan Maret 2021 persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Barat berada di urutan 16 terendah nasional, namun jumlah penduduk miskin Provinsi Jawa Barat masih urutan ke-2 terbanyak nasional.
"Penduduk miskin
Jabar dalam periode September 2016 hingga September 2019 telah terjadi
pengurangan sebanyak 792 ribu jiwa dan penurunan angka kemiskinan sebesar
1.95%," ucapnya.
Sementara pada
September 2020 terjadi penambahan sebanyak 812 ribu jiwa atau kenaikan angka
kemiskinan sebesar 1.61%.
"Melonjaknya angka
kemiskinan salah satunya disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang
berkelanjutan dan berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi
penduduk," ungkapnya.
Ia menerangkan,
terdapat 15 kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi dari
Provinsi. "Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan jumlah orang miskin
terbanyak dan Kota Tasikmalaya dengan persentase tertinggi," terangnya.
Ferry melanjutkan, bahwa terdapat tiga pilar percepatan penanggulangan kemiskinan ekstrem, yaitu komitmen pemerintah, konvergensi program sasaran, anggaran dan sasaran, terakhir pemantauan dan evaluasi.
Wakil Gubernur Jawa
Barat, Uu Ruzhanul Ulum, menekankan masalah kemiskinan di Jawa Barat bukan
hanya tanggungjawab Pemerintah Provinsi saja, akan tetapi merupakan tanggungjawab
semua para Kepala Daerah Kabupaten/Kota. "Kemiskinan merupakan tugas inti
dari pada kita selaku pimpinan di daerah," ucapnya.
Ia menerangkan, bahwa
salah satu yang menjadi faktor dari kemiskinan di Jawa Barat yaitu tingkat
pendapatan rumah tangga yang rendah. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan
formal masyarakat dan terbatasnya lapangan pekerjaan juga menjadi salah satu
faktornya.
"Salah satu upaya
yang dapat dilaksanakan adalah berupa pelatihan usaha, peminjaman modal serta
adanya kolaborasi antar pimpinan daerah, baik Kabupaten dengan kota, atau
provinsi dengan kabupaten/kota," jelasnya.
"Yang tidak kalah penting adalah para kepala daerah harus mampu berinovasi dan bereksperimen dalam mengatasi permasalahan kemiskinan tersebut," tambahnya menjelaskan. (Kontr/Prokopim/Syarif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar