MADIUN - wartaexpress.com - Usai dikukuhkan sebagai warga kehormatan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, memberi pengarahan kepada para pengurus dan pendekar PSHT.
La Nyalla menyampaikan
beberapa hal yang menurutnya penting untuk diingat dan dihayati warga PSHT.
Pertama mengenai sejarah lahirnya PSHT. "Karena hanya dengan mengingat
sejarah, kita akan tetap memiliki semangat juang dan dedikasi untuk kebesaran
organisasi ini," kata La Nyalla dalam acara yang berlangsung di Gedung
Graha Kridha Budaya Padepokan Pusat PSHT, Kota Madiun, Jawa Timur, Minggu
(17/10/2021).
PSHT tercatat berdiri
tahun 1922, tetapi cikal bakal PSHT telah lahir sejak tahun 1903. Saat Ki Ageng
Ngabehi Surodiwiryo meletakkan dasar gaya Pencak Silat Setia Hati di Kampung
Tambak Gringsing, Surabaya.
Oleh muridnya, Ki Hajar
Harjo Utomo, pencak silat itu diteruskan di Madiun pada tahun 1922 dengan
mendirikan perguruan Pentjak Sport Club atau PSC, kemudian diganti nama menjadi
Pemuda Sport Club, yang singkatannya juga sama, yaitu PSC.
"Sebenarnya
penggunaan nama Pemuda Sport Club adalah sebuah siasat saja. Untuk menghindari
kecurigaan penjajah Belanda saat itu, sehingga kata 'Pentjak' diganti dengan
'Pemuda'," ujar La Nyalla.
Akhirnya, Ki Hajar
Harjo Utomo leluasa mengajarkan ilmu bela diri kepada rakyat dan pemuda-pemuda
di Madiun saat itu. Padahal, ilmu bela diri saat itu hanya bisa diajarkan
kepada mereka yang berstatus bangsawan saja.
"Sumbangsih luar
biasa pendiri PSHT inilah yang melahirkan pendekar di kalangan rakyat
kebanyakan dan merupakan cikal-bakal para pejuang kemerdekaan. Meskipun tujuan
mulia itu harus
ditebus dengan
pengorbanan oleh Ki Hajar Harjo Utomo, yang ditangkap dan diasingkan Belanda ke
Jember, kemudian dipindah ke Cipinang dan Padangpanjang," tutur La Nyalla.
Melihat sejarah panjang
tersebut, lanjut LaNyalla, berarti PSHT telah memberi kontribusi penting bagi
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena cikal-bakal pejuang perintis
kemerdekaan bangsa ini, salah satunya adalah pendekar-pendekar PSHT, yang
dididik langsung oleh pendiri PSHT, Ki Hajar Harjo Utomo.
Hal kedua yang
disampaikan La Nyalla adalah kebanggaan sebagai Warga PSHT. Karena tercatat
memiliki 15 juta pengikut baik di Indonesia maupun di luar negeri. "Ini
menunjukkan bahwa PSHT sebuah perguruan yang sangat besar dan memiliki magnet
yang sangat kuat sehingga banyak diminati dan diikuti oleh puluhan juta
pengikut," ungkapnya.
Poin ketiga, kata La Nyalla,
PSHT dikenal memiliki banyak sekali falsafah kehidupan. Semuanya tertulis dalam
kumpulan kalimat bijak Warga PSHT. Kalimat-kalimat tersebut, hingga hari ini,
menjadi prinsip hidup setiap Warga PSHT secara turun temurun.
"Yang saya tahu,
sedikitnya ada 30 kalimat bijak yang menjadi falsafah bagi Warga PSHT, dimana
falsafah yang terkandung dalam kalimat-kalimat bijak tersebut, hingga kini
masih menjadi pegangan dan diamalkan oleh Warga PSHT secara turun temurun. Ini
harus terus dipegang teguh," tegasnya.
Terakhir Senator asal
Jawa Timur itu menyoroti dinamika organisasi, terutama menyangkut dualisme
kepengurusan PSHT. La Nyalla meminta sebaiknya hal itu disikapi dengan dewasa
dan pikiran yang jernih.
"Jangan terbawa
emosi. Karena kemarahan hanya akan merugikan kita sendiri. Yakin saja, bahwa
kebenaran bisa disalahkan, tetapi kebenaran tidak akan bisa dikalahkan. Sejalan
dengan ajaran luhur Warga PSHT, bahwa 'Sing Resik, Uripe Bakal Mulyo', atau
yang bersih hidupnya akan mulia," tuturnya.
Hadir dalam pengarahan
Ketua Umum PSHT Drs. R. Moerdjoko H.W, Ketua Dewan Pusat PSHT H Issoebiyantoro
SH, Rizal Edy Halim (Kepala BPKN yang juga sebagai warga kehormatan),
Forkopimda Kota Madiun, Forkopimda Kabupaten Madiun, Pamter (Pasukan Pengaman
PSHT) serta pengurus PSHT dari berbagai daerah. (Rls/Patar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar