Rabu, 27 Oktober 2021

Maharaja Kutai Mulawarman Dianugerahi Gelar Pangeran Agung Panji Nathanegara Dari Kerajaan Buleleng Bali


MUARAKAMAN - wartaexpress.com -
Raja Kerajaan Buleleng Bali dari Puri Agung Singaraja (Puri Gde Buleleng) Yang Mulia Dr. Ida Anak Agung Ngurah Ugrasena pada tanggal 27 Oktober 2021 menganugerahkan Gelar Pangeran Agung Panji Nathanegara kehadapan Duli Yang Maha Mulia Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman Prof. DR. (H.C.) M.S.P. A. Iansyah Rechza. F.W, Ph.D. Maharaja di Kerajaan Kutai Mulawarman, Muara Kaman, Kukar, Kaltim, Indonesia.

Sosok tokoh peraih Medali Penghargaan dari Perhimpunan Veteran dan Relawan Misi Perserikatan Bangsa Bangsa I-SUN-VV 2016 atas peranannya dalam memberikan mobilisasi dan komunikasi antara lembaga International untuk menggerakan pekerja sukarelawan di bidang Kemanusiaan dan perdamaian dalam kemelut politik di Timur Tengah.

Pembicara pada Presentasi Refleksi Wacana Relokasi Ibukota Republik Indonesia Dalam Optimalisasi Solusi atau Masalah Pembangunan Nasional di Himpunan Mahasiswa, Fakultas Administrasi Pemerintahan, Universitas Islam Malang 2019, berkiprah dalam Wacana Pemindahan Ibukota Negara Indonesia ke Kalimantan Timur, yang didukung dari Sejarah Keberadaan Kerajaan Kutai Mulawarman.

Sebagai bangsawan, Duli Yang Maha Mulia Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman Prof. DR. (H.C.) M.S.P. A. Iansyah Rechza. F.W, Ph.D. menyambut baik pemindahan Ibukota Negara Indonesi ke Kalimantan Timur, khususnya ke Kabupaten Penajem Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

Raja Kerajaan Buleleng Bali dari Puri Agung Singaraja (Puri Gde Buleleng) Yang Mulia Dr. Ida Anak Agung Ngurah Ugrasena juga sebagai Manggala Utama/Penglinsir Puri Agung Singaraja Kerajaan Buleleng yang sejak lama menjalin hubungan kekeluargaan dengan Kerajaan Kutai Mulawarman dan merupakan kerabat Kerajaan Kutai Mulawarman.

Harapan ke depan hubungan kedua kerajaan ini nantinya dapat menjadi jembatan persaudaraan kebudayaan Hindu yang pernah ada di negeri Mulawarman sebagai pangkal adat kebudayaan Hindu di abad awal Masehi dan merupakan pangkal Kerajaan Hindu pertama di Nusantara.

Pelajaran Sejarah di sekolah Indonesia meyakini bahwa Kutai adalah Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Berdasarkan penelitian, kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-4. Pusat kerajaan ini terletak di Muara Kaman, hulu Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. “Peninggalan yang terpenting ialah prasasti pada tujuh Yupa yang ditemukan pada tahun 1879 dan 1940 di sekitar desa yang kini disebut Muara Kaman,” tulis Michael Coomans dalam Manusia Daya: Dahulu, Sekarang, Masa Depan (1987: 7).

Hal penting mengenai Kerajaan Hindu di Kabupaten Kutai Kartanegara terurai sebagaimana berikut, bahwa Mengenai nama Kerajaan Malaya ditemukan pada prasasti Yupa dengan kode MK.5/D.175 tertulis kata Prapatam Sadiva Malayã sebelum masa pemerintahan Sri Maharaja Kundungga yang tertulis dengan kata Ŝri Narendrasya Kundunggasya dalam prasasti Batu Yupa kode MK.1/D.2a, Kerajaan Malaya juga dalam kata Neroyong, Kerajaan Malaya yang dipimpin oleh Tahani dan tercatat sebanyak 6 Tahani atau Raja dari daerah yang memimpin Kerajaan sebelum Maharaja Sri Kundungga, putra Atwangga, cucu Mitroga, wangsa Sungga dari Bharata, menjadi Maharaja Kerajaan Sagara yang bermukim di Martapura dengan istananya bernama Tebalai Riung.

Mengenai nama Kerajaan Sagara yang tertulis dalam Prasasti Batu Yupa yang bertuliskan kata Sagārah, terdapat pada Yupa Prasasti dengan kode MK4/D2d, ini berarti nama kerajaan meskipun arti lainnya berarti Lautan, sehingga arti yang terkandung dalam prasasti tersebut adalah arti dari nama Kerajaan Sagara yang dipimpin oleh Maharaja Sri Mulawarman Naladewa yang namanya tertulis dengan kata Sri Mūlavarmma Rãjendro pada Prasasti Yupa kode MK 1/D.2a.

Mengenai nama Maharaja Açwawarman yang tertulis pada prasasti dengan kata Ŝvavarmmo dan Vangśakartta ditemukan pada prasasti Yupa keode MK.1/D.2a. Mengenai Maharaja Açwawarman di dalam pengkajian Kala Saka Sunda Kelana Data Sejarah oleh A. Sastramidjaja di Bandung 1912S, disebutkan bahwa Maharaja Açwawarman adalah putra dari Raja Salakanegara ke-8 yang ada di Pandegelang Banten sekarang, dan memiliki saudara kandung termasuk Dewawarman ke-9, Putri Minawati Iswari Tunggal Pertiwi yang merupakan Permaisuri Maharaja ke-1. Tarumanegara 1 di Bekasi, Jawa Barat sekarang, dan adik perempuannya, Putri Indrami yang menjadi Permaisuri Pertama Raja Indraprahasta di Cirebon Girang, Jawa Barat.

Mengenai nama Berubus sebagai tempat Upakara atau upacara disebut Vaprakeśvare, kata ini terdapat pada prasasti batu Yupa dengan kode MK.2/D.2b yang artinya lapangan upacara, juga bisa diartikan sebagai kawasan tempat bangunan atau tempat dilaksanakannya upacara kenegaraan Kerajaan Sagara pada jaman Maharaja Sri Mulawarman Naladewa, sehingga tempat ini meninggalkan beberapa barang sebagai bukti, seperti Peripih, bekas bangunan Candi, dan bekas bangunan tempat pesangerahan seperti bangunan bungalow atau tempat peristirahatan di Tanjung Serai, dan juga di kawasan ini ditemukan Siwalingga (bentuk tiang) oleh warga yang diberi nama Lesong batu serta reruntuhan gerbang serta benteng dan juga tumpukan Batu Merah bekas runtuhan dari Arca Lembu Ngeram yang sudah menjadi posil, demikian untuk menjadi perhatian. (Rls/Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oknum Perangkat Desa Ditangkap Satreskrim Polres Purworejo

PURWOREJO - wartaexpress.com - Man (35) warga Desa Lubang Sampang yang juga merupakan Perangkat Desa diamankan Satreskrim Polres Purworejo....