SERANG - wartaexpress.com - Divisi Humas Polri menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka kegiatan kontra radikal dengan tema “Terorisme Musuh Kita Bersama” yang dilaksanakan di Aula Polres Serang pada Kamis (17/11).
Dalam kegiatan ini,
turut hadir Kabagpenum Ropenmas Divhumas Polri Kombes Pol Dr. Nurul Azizah,
Kasubbag Berita Ropenmas Divhumas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono, Kapolres
Serang AKBP yudha Satria, Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Banten AKBP Meryadi, pejabat
utama Polres Serang, mahasiswa, tokoh agama, pemuda dan masyarakat di wilayah
Kabupaten Serang.
Dalam sambutannya, Kapolres Serang mengungkapkan selamat datang kepada tim dari Divisi Humas dan tamu undangan. "Selamat datang kepada tim Divisi Humas dan para tamu undangan," kata Yudha.
Yudha berharap, para
peserta dapat mengikuti kegiatan sosialisasi ini dengan seksama. "Saya
harapkan para peserta dapat ikut kegiatan dengan seksama. Karena ini kesempatan
yang langka tidak setiap tahun ada," tambahnya.
Paham radikal merupakan
bahaya nyata yang erat kaitannya dengan intoleran, "Intoleran berarti
tidak setuju selain dengan paham yang dianut yang ujungnya pada tindakan
terorisme," jelas Yudha.
Selanjutnya, Kabagpenum
Ropenmas Divhumas Polri mengungkapkan, bahwa sosialisasi ini merupakan program
dari Divisi Humas Polri yang ingin menyampaikan bahaya paham radikalisme.
"Program kita adalah kontra radikal, maka generasi muda sebagai penerus
bangsa harus memahami apa itu paham radikal. Dengan sosialisasi ini mari
bersama-sama mengetahui apa itu paham radikal sehingga dapat mengantisipasi
penyebarannya," tambahnya.
Nurul juga mengajak seluruh pihak bersinergi dalam mencegah paham radikal. "Mari kita semua membangun bersinergi bersama mencegah jangan sampai terpapar paham radikal," ujarnya.
Selanjutnya, selaku
narasumber Muhammad Sofyan Tsauri membahas tentang terorisme dan ekstrimisme di
Indonesia tidak ada batasan pendidikan bisa terjadi pada ekonomi kelas bawah
hingga atas.
“Fenomena radikalisme
ini tidak ada batasan pendidikan bisa terjadi pada ekonomi kelas bawah hingga
atas, radikalisme ini juga dilakukan sejak paud hingga perguruan tinggi dan
sudah mulai masuk pada oknum TNI, Polri, ASN, BUMN serta perusahaan swasta,
semuanya semakin mudah karena adanya internet,” jelas Sofyan.
Kemudian Sofyan pun
mejelaskan tentang ruang radikalisme yang semakin luas semenjak adanya media
sosial. “Ruang radikalisme ini bisa terjadi karena propaganda di media sosial,
doktrinasi dalam kelompok, doktrinasi dalam keluarga juga doktrinasi terbuka
semua dapat menyebar dan terpengaruh dengan cepat tanpa batas,” ucap Sofyan.
Karena proses
penyebaran tentang radikalisme ini sangat cepat menyebar, perlu adanya strategi
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya radikalisme di Indonesia khusunya di
wilayah Banten, salah satunya dengan Pancasila.
“Pencegahan terjadinya
radikalisme sangat memerlukan penguatan nasionalisme dan penguatan nilai
budaya. Pancasila juga menjadi benteng untuk menangkal ideologi asing karena
doktrin Pancasila sangat diperlukan, generasi muda yang berpancasila akan
menjadi penjaga eksistensi NKRI," tuturnya.
Selain ideologi, peran
masyarakat juga sangat penting dalam menanggulangi ideologi radikalisme,
"Peran masyarakat juga penting dalam pencegahan, penguatan kemampuan
deteksi dini, dan tentunya penguatan ketahanan keluarga juga sangat
dibutuhkan,” katanya.
Untuk itu Sofyan berpesan kepada seluruh generasi muda untuk menguatkan nilai nasionalisme dan fokus kepada cita-cita. “Saya berpesan kepada generasi muda untuk kuatkan nilai-nilai nasionalisme, setia kepada Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, jangan mudah terbuai oleh narasi-narasi di media sosial, belajar agama kepada orang yang tepat, keluarga adalah pondasi utama dan fokus pada cita-cita, realistis,” tutup Sofyan. (Bidhumas/MM)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar