SEMARANG - wartaexspress.com - Khaul Hasan Singo Barong Semarang alias Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sumodiningrat atau Habib Hasan bin Thoha bin Yahya yang dimakamkan di Jl. Duku Semarang, dimeriahkan dengan Kirab Merah Putih. Rangkaian acara khaul dimulai pagi ini, Minggu (29/11) dengan Kirab Merah Putih dari halaman Balaikota menuju lapangan Pancasila, Simpang Lima Semarang dan pengajian umum Rabu (2/12) malam di Kompleks Makam Habib Hasan Singo Barong.
Barisan kirab dimulai marching band dari unsur Kepolisian, taruna Akademi Kepolisian (Akpol), dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), dilanjutkan dengan jajaran iringan mobil Pemerintah Kota Semarang, disusul dengan Bendera Merah Putih sepanjang 1.000 meter yang dibawa oleh para pelajar dan santri.
Menyusul setelahnya
pasukan pembawa Bendera Mwrah Putih dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Barisan
Ansor Serbaguna (Banser), Pencak Silat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama, Pencak Silat
Tapak Suci Muhammadiyah, dan Pemuda Pancasila Kota Semarang.
Orasi Kebangsaan dan pembaretan 1.000 Banser secara simbolis oleh Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, disambung dengan doa lintas agama dari 6 agama menutup Kirab Merah Putih di lapangan Pancasila. Sebelum pembaretan Banser, Ketua Forum Koordinasi Semarang Bersatau (FKSB) Kota Semarang memimpin pembacaan pernyataan sikap kebangsaan.
Sekretaris Daerah
(Sekda) Kota Semarang, H. Iswar Aminudin dalam laporannya mengatakan, bahwa 6.000
orang dengan estimasi dari unsur Pemerintah Kota Semarang dan jajaran Camat,
militer, organisasi kemasyarakatan dan pelajar serta santri.
Khaul, kata Iswar, juga dimeriahkan dengan tradisi penerimaan taruna Akpol sebagai warga Kota Semarang dan pembaretan Banser Kota Semarang. "Kirab ini menunjukkan pentingnya arti keberagaman dan pluralisme di Kota Semarang. Khaul ini pada hakikatnya juga bentuk kebanggaan akan kepahlawanan Habib Hasan bin Thoha bin Yahya," ujarnya.
Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya dalam orasinya mengatakan, makna di balik acara kirab Merah Putih,
yakni tentang kekuatan persatuan bangsa Indonesia. "Kita duduk bersama,
berdiri bersama menunjukkan suatu kekuatan tanpa suara tanpa bicara, inilah
Indonesia, jangan coba-coba mengusiknya," tegasnya.
Sejalan dengan itu,
Habib Luthfi juga mengaku kagum dengan strategi Patih Gajahmada dalam membaca
sejarah ketika Kerajaan Singosari memukul Kubilay Khan yang menjadi inspirasi
muncul Sumpah Palapa.
Semangat nasionalisme
dan persatuan kala itu begitu digencarkan. Semangat yang sama juga dikobarkan
menuju kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. "Mengapa sekarang ini
melentur kecintaan kita kepada bangsa dan negara?," kata Habib Luthfi
membakar semangat.
Habib Luthfi melanjutkan orasi dengan menyoroti parahnya hoaks yang bertebaran sehingga mengalihkan perhatian dan kepercayaan masyarakat. "Bisa saja karena hoak jadi kurang percaya dengan TNI-nya, kurang percaya dengan Polisi-nya, kurang percaya dengan Kiainya," ujarnya.
Sejalan dengan hal itu,
Habib Luthfi pun mengingatkan, bahwa pertahanan nasional bukan sebatas kekuatan
militer. Lebih dari itu juga pertahanan dalam kekuatan pangan dan ekonomi.
"Ketahanan nasional dengan petaninya, nelayannya, dengan ekonominya,"
imbuhnya.
Habib Luthfi pun mengungkapkan alasan tidak ada kata bosan untuk mengadakan kirab Merah Putih, yakni bukam hanya bendera yang dikirabkan, melainkan menyiapkan dada kita, menyiapkan diri kita menjadi yang terdepan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai bahaya dan ancaman. "Kemerdekaan Indonesia berdarah, bukan hadiah," tegasnya. (Priyanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar