CILEGON - wartaexpress.com - Arus mudik 2022 menimbulkan lonjakan penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Merak, Cilegon. Dalam beberapa hari terakhir, jumlah penumpang mencapai kisaran 40 ribu orang per hari dengan jumlah kendaraan 10 ribu-an. Melonjaknya arus pemudik membuat mereka rata-rata lebih lama dari hari biasa untuk memasuki kapal Ferry untuk menyeberangi Selat Sunda menuju Bakauheni, Lampung.
Situasi antrian
ternyata justru dinikmati para pemudik, mereka sedari awal sudah menyadari akan
ada antrian di Pelabuhan Merak.
“Kita nikmati, namanya
mudik ya begini, asyik-asyik saja,” kata Ikhsan Koto, pemudik asal Cibitung,
Bekasi yang hendak menuju kampung halamannya di Ampek Angkek, Candung, Bukit
Tinggi, Sumatera Barat, Selasa malam pukul 18.30 WIB, Rabu (27/4/2022).
Ikhsan Koto dan
kendaraan yang ditumpanginya tengah antri di dermaga eksekutif, Pelabuhan Merak
bersama ratusan kendaraan lainnya. Ia memilih turun dari kendaraan dan
berjalan-jalan tak jauh dari kendaraannya.
Sesekali ia
bercengkerama dengan sesama pemudik lain untuk berbagi cerita seputar
perjalanan mudiknya. Antrian di dermaga ekskutif membuatnya bertambah kenalan.
Ia sebelumnya memasuki
kawasan Pelabuhan Merak pukul 17.30 WIB. Setelah bertanya dengan petugas
kepolisian, ia diarahkan menuju dermaga eksekutif sesuai dengan tiket Kapal Ferry
yang dipesannya lewat aplikasi Ferizy yang bisa diunduh lewat telepon pintar.
“Tiket Kapal Ferry jam 21.00 WIB, sekarang belum jam 19, jadi kita sampai lebih cepat dari perkiraan. Kita sengaja datang lebih cepat, khawatir ketinggalan. Tetapi ternyata perjalanan lancar,” kata Ikhsan.
Perjalanan dari
Cibitung menuju Pelebuhan Merak ditempuhnya kurang dari 2 jam. “Lancar tidak
ada hambatan di jalan, perjalanan juga aman,” tuturnya.
Ikhsan mengaku sangat
senang, ritual mudik kembali terlaksana. Pasalnya selama dua kali Lebaran
sebelumnya, ia tak bisa mudik lantaran anjuran dari pemerintah untuk
menghindari mudik guna mencegah penyebaran Covid-19. “Dulu setiap tahun mudik.
Jadi senang sekali tahun ini bisa mudik lagi,” tambah Ikhsan.
Jika Ikhsan Koto
memilih berjalan-jalan di sekitar mobil dan bercengkerama dengan pemudik lain,
Rere, seorang pegawai swasta memilih nongkrong di kafe yang hanya berjarak 20
meter dari posisi kendaraannya.
“Sambil buka puasa di
sini, disyukuri saja, mungkin kalau tidak ada antrian kita buka puasanya di
kapal,” kata wanita asal Solok, Sumatera Barat.
Rere juga mengaku tak
masalah harus antri memasuki kapal Ferry. “Ya memang harus antri, kapal kan
adanya setiap jam dan mobil masuknya satu-satu,” ujarnya.
Sementara itu Ahmad
Ridoan Nasution, sopir bus Raflesia trayek Yogya-Bengkulu memilih duduk
bercengkrama dengan kru bus lainnya. Mereka duduk-duduk di halaman rumput,
persis di sebelah antrian bus di dermaga eksekutif.
Bus yang disopirinya
penuh dengan penumpang berjumlah 36 orang. “Kita dan penumpang nyaman-nyaman
saja karena sedari awal sudah tahu bakal antri di Pelabuhan Merak,” kata Ahmad
Ridoan Nasution yang mengaku nama panggilannya Ucok Giham.
Ucok Giham (49),
mengaku tak masalah asal antrian diperlakukan adil dan tak ada saling serobot
memasuki kapal. “Sejauh ini pengaturannya bagus. Sopir juga tak saling
serobot,” kata pria asal Mandailing Natal tetapi sudah lama merantau ke
Bengkulu.
Agarlebih lancar, Ucok
menyarankan truk dilarang menggunakan dermaga eksekutif selama arus mudik.
Menurutnya dermaga eksekutif sebaiknya hanya untuk kendaraan pribadi dan bus.
Ia pun menunjuk antrian
truk-truk di dermaga eksekutif. “Harusnya dilarang, truk pergunakan saja
dermaga regular. Jadi tidak penumpukan di dermaga eksekutif,” ujar Ucok.
“Kalau mengenai antrian tak masalah. Seninya mudik ya begini, ada antrian. Kalau tidak ada antri, tidak ada mudik namanya,” tutur Ucok sambil melempar tawa. (Bidhumas/MM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar